Minggu, 31 Oktober 2010

FILARIASIS

PENDAHULUAN

Penyakit filariasis (kaki gajah) merupakan penyakit yang diakibatkan oleh infesi satu atau dua cacing jenis filaria yaitu Wucheria bancrofti atau Brugia malayi. Cacing ini memiliki bentuk langsing ditemukan di dalam sistem peredarah darah putih, otot, jaringan ikat atau rongga permukaan tulang belakang. Cacing bentuk dewasa ditemukan pada pembuluh dan jaringan darah putih pasien.

W.bancrofti  ditemukan umumnya pada malam hari (noktural) terutama di bagian selatan dunia termasuk Indonesia, sedangnkan di daerah pasifik ditemukan siang dan malam (non-periodik), sedangkan jenis malayi lebih timbul pada malam hari.

Angka kejadian filariasis meningkat sejalan dengan peningkatan usia, dan puncaknya pada usia 20-30 tahun, lebih tinggi pada laki-laki. Lingkaran hidup filariasis meliputi : 1) pengisapan mikrofilaria dari darah atau jaringan oleh serangga penghisap darah, 2) perubahan bentuk didalam serangga membentuk larva yang aktif, 3) Pertumbuhan larva didalam serangga dan melalui gigitan serangga masuk ke dalam tubuh, dan berkembang larva menjadi dewasa.

FILARIASIS BANCROFTI, WUCHERIASIS, ELEPHATIASIS

Penyebab adalah cacing wucheria bancrofti. Memiliki induk semang hanya pada manusia. Penularan melalui nyamuk yang sesuai. Pada manusia cacing ini dapat hidup hingga 5 tahun. Setelah masuk kedalam tubuh manusia cacing akan menyebar di pembuluh darah bening dan menjadi dewasa hingga satu tahun. Cacing dewasa ini yang dapat menyebabkan sumbatan dan menimbulkan keluhan.

 
Siklus Hidup W. bancrofti


Saat cacing berada didalam saluran dan kelenjar getah bening akan menimbulkan proses peradangan pada daerah tersebut dan menyebabkan penebalan dinding, dan terbentuknya jaringan-jaringan didalam pembuluh yang menyebabkan sumbatan. Peradangan pada kelenjar getah bening dapat ditandai dnegan nyeri, kelenjar yang mengeras seperti kelereng, demam, sakit kepala, badan, muntah-muntah, lesu dan tidak nafsu makan.

Pada keadaan kelenjar yang tersumbat pembuluh-pembuluh yang mengalirkan darah putih ke kelenjar tersebut mengalami pelebaran. Pembuluh-pembuluh tersebut juga mengalami kerusakan sehingga darah putih keluar dan masuk ke ruangan antar jaringan dan menyebabkan bengkak (limphedema). Karena pengaruh dari gravitasi, bagian yang paling dahulu bengkak adalah daerah paling bawah (kaki, kantung kemaluan).

Karena perjalanan penyakit ini membutuhkan waktu bertahun-tahun sehingga dapat menimbulkan manifestasi yang berbeda pula yaitu : 1) tanpa gejala, 2) filariasis dengan peradangan, 3) filariasis dengan penyumbatan.

Filariasis Tanpa Gejala

Umumnya pada daerah endemik, pada pemeriksaan fisik hanya ditemukan pembesaran kelenjar limfe terutama di daerah lipat paha. Pada permiksaan darah ditemukan mikrofiliria dalamjumlah besar disertai adanya eosinofilia. Pada waktu cacing dewasa mati, mikrofilaria menghilang tanpa pasien menyadari pernah mengalami infeksi ini.

Filariasis Dengan Peradangan

Manifestasi pada infeksi awal adalah peradangan pada kelenjar getah bening (limfangitis). Limfangtis terjadi pada di sekitar larva dan cacing dewasa mudah yang sedang berkembang, mengakibatkan peradangan. Infeksi ini dapat disebabkan oleh reaksi alergi terhadap cacing hidup, cacing mati, atau adanya infeksi tambahan oleh bakteri dan jamur. Keluhan berupa   demam, menggigil, sakit kepala, muntah dan kelemahan yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu, terutama mengenai saluran limfe ketiak, tungkai, epitrochlear dan alat genital.

Peradangan biasanya bersifat lokal disertai dengan demam tinggi, nyeri otot dan sakit kepala. Pada kelenjar yang terinfeksi dapat timbul gejala kemerahan, luka yang tidak sembuh, bisul, dan kehitaman disekitarnya. Bisul yang terjadi akibat filariasis akan mengeluarkan warna cairan kuning jernih, tetapi lebih sering karena disertai dengan infeksi dari bakteri lain, cairan bisul menjadi berwarna putih kekuning-kuningan (nanah). Pemberian antibiotik untuk luka tidak akan memberikan hasil yang baik. Proses perdangan ini yang berkepanjangan akan menyebabkan pembentukan jaringan parut di saluran darah putih dan menyebabkan sumbatan.

Gejala lain yang mungkin timbul adalah adanya darah pada air seni yang dapat diketahui melalui pemeriksaan mikroskop, hal ini disebabkan penyebaran cacing dewasa mengenai ginjal dan menyebabkan kerusakan ginjal. Fenomena lain yang dapat terjadi berupa infeksi paru akibat reaksi berlebihan tubuh terhadap cacing filariasis, kondisi ini ditandai dengan :
•    Kadar eosinofil darah tepi yang tinggi
•    Gejala mirip asma
•    Penyakit paru restriktif
•    Kadar antibodi terhadap filaria sangat tinggi
•    Respon yang baik terhadap pengobatan filaria

Filariasis Dengan Penyumbatan

Proses peradangan yang menahun menyebabkan pembentukan jaringan parut pada saluran darah puith dan menyebabkan sumbatan. Protein yang menyebar diantara jaringan kaki akan merangsang pembentukan jaringan parut sehingga bengkak yang terjadi akan sulit untuk dihilangkan.  Manifestasi gejala ini berupa kaki gajah (elephantiasis). Pada fase ini cacing filariasis sudah tidak terdapat dalam darah lagi.

Penyumbatan ini menimbulkan gejala paling sering di kaki tetapi dapat juga lebih tinggi di kantung kemaluan pada laki-laki, atau sekitar kemaluan pada perempuan. Bengkak yang terjadi pada kaki (limphedema) dapat dibagi menjadi 4 tingkat yaitu :
•    Tingkat 1. bengkak yang dapat hilang apabila tungkai diangkat
•    Tingkat 2. bengkak yang tidak dapat hilang apabila tungkai diangkat
•    Tingkat 3. tingkat 2 disertai kulit menjadi tebal
•    Tingkat 4. tingkat 3 disertai pembentukan jaringan fibrosis dan tampak lesi-lesi pada kulit (elephantiasis).

Diagnosis

Penentuan diagnosis cukup sulit dilakukan, karena sebagian besar datang dengan keluhan sudah terjadi bengkak pada kaki yang menyatakan bahwa infeksi terjadi beberapa tahun yang lalu. Pemeriksaan yang memungkinkan adalah dengan pemeriksaan sediaan apus darah tipis dan tebal, darah yang berasal dari ujung jari kaki atau tangan, diambil contoh darah pada saat cacing aktif yaitu antara jam 10 malam sampai 2 pagi. Pemeriksaan dilakukan dengan mikroskopik atau dengan penggunaan saringan yang ditemukan oleh Bell tahun 1967.

Pemeriksaan terhadap antigen cacing ini dengan pemeriksaan antibodi yaitu AD12 dan Og4C3, memiliki kepekaan pemeriksaan yang cukup tinggi. Pemeriksaan ini tidak dapat dilakukan untuk jenis Brugia malayi. Pemeriksaan ini pun mengalami kelemahan karena adanya reaksi yang dapat ditimbulkan pula oleh parasit lainnya.

Pemeriksaan penunjang untuk mengetahui kondisi saluran getah bening dapat dilakukan dengan pemeriksaan nuklir berupa limfoskintigrafi atau dengan pemeriksaan USG doppler.

Pengobatan

Secara umum pengobatan dapat dilakukan dengan :
•    Istirahat di tempat tidur, pindah ke daerah yang dingin akan mengurangi serangan akut
•    Antibiotik dapat diberikan apabila ditemukan bisul dan infeksi akibat bakteri.
•    Pengikatan pada daerah yang mengalami bengkak dapat mengurangi besarnya bengkak

Pengobatan spesifik pada cacing, berdasarkan rekomendasi dari WHO dengan menggunakan dietilcarbamazine (DEC) sebagai obat yang efektif dan aman. Pengobatan dilakukan dengan dosis 6 mg/kgBB/hari selama 12 hari, pengobatan ini dapat diulang 1 – 6 bulan. Atau dengan pengobatan  selama 2 hari per bulan (6 – 8 mg/kgBB/hari). Penggunaan DEC secara masal tidak dianjurkan karena efek samping yang cukup tinggi.

Regimen lain yang dikembangkan untuk kontrol penyakit berupa, dosis tunggal, sekali pertahun, 2 regimen obat (Albendazol 400 mg, dan Ivermectin 200 mg/kgBB).

Pengobatan untuk bengkak akibat sumbatan saluran darah putih (limphedem) dapat dilakukan secara konservatif dan operatif. Konservatif dapat dilakukan :
•    Pencucian dengan sabun dan air dua kali perhari
•    Menaikkan tungkai yang terkena pada malam hari
•    Tungkai yang terkena tetap digerakkan agar aliran tetap lancar
•    Menjaga kebersihan kuku
•    Memakai alas kaki
•    Mengobati luka kecil dengan antiseptik

Tindakan operatif dapat dilakukan dengan cara membuang jaringan yang mengalami pembengkakan. Indikasi operasi berupa :
•    Bengkak kantung kemaluan yang besar dan dapat menekan pembuluh darah
•    Indikasi kosmetik
•    Terlalu besar, sehingga berat dan mengganggu aktivitas sehari-hari

Rekomendasi WHO untuk filariasis adalah pencegahan secara masal dengan cara pengobatan komunitas di daerah endemik filariasis dan pendidikan masyarakat dan penderita kaki gajah.

2 komentar:

  1. ad langkah pencegahannya kah???

    BalasHapus
  2. ada...jangan mpe kena gigitan nyamuk vektor filariasis :P... PHBS din :)

    BalasHapus

bagaimana menurutmu?