mediaumat.com- Ada beberapa kejanggalan kalau dikatakan bahwa kelompok yang dituding sebagai teroris telah memberikan peringatan kepada Ulil Abshar Abdala, Gories Mere dan Yapto Suryosumarno dengan bom buku. Hal itu diungkap Ketua Lajnah Siyasiyah DPP Hizbut Tahrir Indonesia Harits Abu Ulya kepada mediaumat.com, Kamis (17/3).
Menurutnya, kelompok teroris mana pun di dunia, tidak pernah memberikan serangan awal sebagai peringatan pada lawan-lawan mereka, tetapi langsung memberikan serangan yang mematikan.
Memang, Ulil dikenal sebagai liberalis anti Syariah Islam dan pembela aliran sesat Ahmadiyah. Juga sudah menjadi rahasia umum Gories Mere sebagai aktor belakang layar war on terrorism-nya Amerika di Indonesia. Sehingga mereka wajar menjadi sasaran pemboman pihak-pihak tertentu.
Tapi anehnya bom tersebut dikirim ke BNN yang menangani narkoba, bukan dikirim ke rumah Gories Mere atau ke markas Densus 88. Begitu juga untuk Ulil, paket bomnya di kirim ke kantor radio FM 68 H. Bom untuk Yapto lebih tidak masuk akal lagi. "Apa relevansinya ia dengan benturan pemikiran Islam ‘garis keras'?" ujarnya.
Karena, lanjut Pengamat Kontra Intelijen ini, teroris sejati, yang bukan rekaan intelijen penguasa, memiliki pola standar operasi. Biasanya cara mereka mengeksekusi target yang bersifat personal, bukan massa atau lembaga maupun gedung, adalah langsung menyerangnya secara individual.
Jadi kalau memang pelakunya adalah benar-benar orang yang dituduh sebagai teroris maka yang paling mungkin dilakukan adalah menembak langsung. "Baik dari jarak dekat atau dengan sniper," Harits mencontohkan.
Selain itu, bisa juga dengan menikam, atau bom bunuh diri atau dengan bom berpengendali jarak jauh, atau meracuninya seperti yang dialami Munir atau mantan intelijen Rusia yang masuk Islam Levitnenko.
Mengirimkan paket bom ke kantor dengan sasaran personal, tidaklah lazim karena kemungkinan melesetnya amat besar. "Kasus 3 bom yang dikirim ke rumah atau ke kantor seperti yang terjadi beberapa hari lalu, jauh dari sasaran personal!" tegasnya.
Bom-bom itu lebih bersifat mengacaukan keamanan belaka, karena terkategori berdaya ledak rendah. Maka tidak aneh kalau paket bom ini divonis sebagai produk intelijen. Karena dengan bom buku ini pihak-pihak tertentu menjadi sangat diuntungkan.
Bagi pemerintah isu ini menguntungkan karena perhatian publik dan politisi pun teralihkan dari isu Wikileaks dan isu lainnya yang menyudutkan SBY. Bagi liberalis plularis isu ini pun menguntungkan karena mengundang simpati kepada kelompok liberal yang pro Ahmadiyah.
Bagi BNPT isu ini pun sangat menguntungkan untuk kontinuitas proyek WOT (war on terrorism) beserta target dibaliknya. "Karena saat ini juga proses sidang Ustadz ABB terkait isu terorisme terancam terbuka kedok konspirasinya pasca pengakuan taubat Khairul Ghazali di balik jeruji besi Polda Sumut," pungkasnya.[] joko prasetyo
Wejangan Pernikahan
4 bulan yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar
bagaimana menurutmu?