Kamis, 23 Desember 2010

“Mungkinkah Perempuan Mengentaskan Kemiskinan Keluarga dan Bangsa ?” (Solusi Islam Mengatasi Permasalahan Kemiskinan Perempuan)


Pada tanggal 22 Desember kemarin, MHTI se-wilayah III cirebon mengadakan aksi damai dengan rute: jalan Wahidin-Kartini-dan berakhir di Kantor DPRD Kota Cirebon. Berikut Laporannya :)

Sistem kapitalisme dengan standar produktivitas materinya telah menyeret perempuan  mesin produksi devisa negara. Kaum ibu harus pula memberikan kontribusi dalam produksi barang dan jasa, karena bagi kapitalisme, peran ibu tidak memberikan sumbangan bagi penambahan pendapatan nasional.

Kesuksesan program ala kapitalisme harus didukung asumsi : (1) Produktivitas harus diukur secara materi. Perempuan tidak berpendapatan dipandang tidak produktif bila tak punya penghasilan/ pendapatan. (2) Perempuan berpendapatan menurunkan KDRT. Perempuan berpendapatan akan meningkat bergainingnya di hadapan suami. Perempuan berpendapatan tak perlu khawatir menuntut cerai karena telah mandiri berpanghasilan. (3) Cerai bukan persoalan, namun pilihan kemandirian perempuan kapitalisme dengan paket pemberdayaan ekonomi kaum ibu bukan jalan keluar bagi kemiskinan bangsa.

Penyebab kemiskinan bangsa : 
(1) Negara menyerahkan pengelolaan kekayaan alamnya yang berlimpah kepada asing. (2) Pengelolaan perekonomian ala kapitalisme. Kas yang ada disimpan untuk cadangan devisa. Pembangunan infrastruktur menggandeng investor asing yang berhitung keuntungan, bukan pelayanan. (3) Kebobrokan mengelola negara. Pengeluaran negara sia-sia untuk fasilitas mewah pejabat, kunjungan-kunjungan yang menyedot uang negara, kolusi, korupsi dan nepotisme. Kapitalisme tak akan pernah mengentaskan kemiskinan bangsa.

Bahkan pemberdayaan perempuan ala kapitalisme menyebabkan : (1) Menurunnya kualitas peran ibu di setiap rumah tangga. (2) Ketaatan istri pada suami akan berkurang, khususnya bila penghasilan suami lebih rendah daripada penghasilan istri. Pelayanan istri terhadap suami dipandang melecehkan perempuan. (3) Istri yang lebih berdaya secara ekonomi tidak lagi memerlukan suami untuk menafkahi dirinya. (4) Ketidakpercayaan diri kaum laki-laki. Suami menjadi malas mencari nafkah untuk keluarga. (5) Krisis rasa tanggung jawab para suami dan menjadikan mereka kerdil dihadapan istri. (6) Para suami kehilangan identitas sebagai pelindung, pengayom dan pemimpin keluarganya. (7) Pengangguran para suami tetap tidak terselesaikan. (8) Memicu keretakan dalam rumah tangga. Anak-anak akan kehilangan peran ibu, para suami kehilangan peran istri.


WASPADA IMPERIALISME GAYA BARU !
Kapitalisme tampil dengan imperialisme modern terhadap negara-negara berkembang. Targetnya agar negara-negara berkembang tetap menerima model pengaturan negaranya sesuai keinginan kapitalis. Kezhaliman dan kebobrokan pengaturan ala kapitalisme ini ditutupi dengan perencanaan-perencanaan pembngunan yang dikendalikan secra langsung oleh AS melalui PBB, Bank Dunia, IMF, UNDP dan lain-lain. Millenium Development Goals/ MDGs adalah tujuan pembangunan yang menyesatkan negara berkembang. Program-programnya tidak menyelesaikan persoalan bangsa, bahkan menyeret dunia menjadi liberal. Pendanaan program-programnya memperpanjang hutang dan ketergantungan terhadap negara Adidaya.




KEMBALIKAN PERAN IBU !

Islam menjamin peran pokok perempuan yang sesungguhnya, yakni menjadi ibu dan pengelola rumah tangga. Peran utama kaum perempuan adalah penopang utama ketentraman dan ketenangan dalam keluarga. Kesempurnaan peran perempuan sebagai ibu akan melahirkan generasi pemimpin masa depan yang akan mengantarkan umat islam menjadi terdepan dalam kancah perpolitikan internasional. Kekuatan peran kaum perempuan sebagai istri, mitra sejati suami, pendamping yang dikasihi, akan memunculkan sosok-sosok laki-laki sebagai pemimpin keluarga yang mumpuni, pemimpin umat yang mandiri, pejuang yang tangguh, yang tak akan tertipu skenario busuk menyesatkan, yang tak akan pernah bertekuk lutut di hadapan negara-negara penjajah.



: selebaran aksi damai hari Ibu MHTI se-wilayah III Cirebon tgl 22 Desember 2010

1 komentar:

bagaimana menurutmu?