Selasa, 30 November 2010

Memuji dan Dipuji

ga aneh kalo kita denger pujian dan ga aneh juga kalo kita memuji orang lain
pujian dapat kita jadikan sebagai sesuatu untuk memotivasi diri, namun seringkali pujian ini malah menjadikan kita lupa daratan, lepas kontrol, de el el, makin sering orang lain memuji, maka makin besar potensi kita untuk terlena, besar kepala, serta hilang kendali diri.
Padahal Allah Swt. mengingatkan dalam firmanNya:
فلا تُزَكّوا أنفسكم، هو أعلم بمن اتقى.
"Maka janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui siapa orang yang bertakwa.” (Qs. Al-Najm; 32).

Nabi Saw. mewariskan tiga tips yang sangat menarik untuk diteladani.
Pertama, selalu mawas diri supaya kita ga sampe terbuai oleh pujian yang dikatakan orang.
so, stiap kali da yang memuji beliau, Nabi Saw. menanggapinya dengan doa:
اللهم لاتؤاخذني بما يقولون
“Ya Allah, janganlah Engkau hukum aku karena apa yang dikatakan oleh orang-orang itu.” (HR. Al-Bukhari)
Lewat doa ini, Nabi Saw. mengajarkan bahwa pujian adalah perkataan orang lain yang potensial menjerumuskan kita.
kaya kata pepatah: orang lain yang mengupas nangka, tapi kita yang kena getahnya.
Orang lain yang melontarkan ucapan,eeeh malah kita yang terjerumus jadi besar kepala dan lepas kontrol.

Kedua, menyadari hakikat pujian adalah topeng dari sisi gelap kita yang tidak diketahui orang lain.
Coz, sebenarnya, setiap manusia pasti memiliki sisi gelap, ketika da seseorang yang memuji kita, maka itu lebih karena faktor ketidaktahuan dia akan belangnya kita serta sisi gelap kita.
Oleh sebab itu, kiat Nabi Saw. dalam menanggapi pujian adalah dengan berdoa:
واغفرلي ما لايعلمون
  “Dan ampunilah aku dari apa yang tidak mereka ketahui (dari diriku)”. (HR. Al-Bukhari)

Ketiga, kalaupun sisi baik yang dikatakan orang lain tentang kita adalah emang benar keadaannya, Nabi Saw. mengajarkan kita agar memohon kepada Allah Swt. untuk dijadikan lebih baik dari apa yang tampak di mata orang lain. Maka kalau mendengar pujian seperti ini, Nabi Saw. kemudian berdoa:
واجعلْني خيرا ممّا يظنّون
  “Dan jadikanlah aku lebih baik dari apa yang mereka kira”. (HR. Al-Bukhari)

Selain itu, Nabi Saw. dalam kesehariannya juga memberikan contoh bagaimana mengemas pujian yang baik.
Intinya, jangan sampai pujian yang terkadang secara spontan keluar dari bibir kita, malah akan menjerumuskan dan merusak kepribadian sahabat yang kita puji.

Ada beberapa teladan yang dapat disarikan dari kehidupan Nabi Saw.,di antaranya:
Pertama, Nabi Saw. ga muji di hadapan orang yang bersangkutan secara langsung, tapi di depan orang-orang lain dengan tujuan memotivasi mereka.
Suatu hari, seorang Badui yang baru masuk Islam bertanya tentang Islam. Nabi menjawab bahwa Islam adalah shalat lima waktu, puasa, dan zakat. Maka Orang Badui itupun berjanji untuk menjalankan ketiganya dengan konsisten, tanpa menambahi atau menguranginya. Setelah Si Badui pergi, Nabi Saw. memujinya di hadapan para Sahabat, “Sungguh beruntung kalau ia benar-benar melakukan janjinya tadi.” Setelah itu beliau menambahi, “Barangsiapa yang ingin melihat penghuni surga, maka lihatlah Orang (Badui) tadi.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim, dari Thalhah ra.)
Kedua, Nabi Saw. lebih sering melontarkan pujian dalan bentuk doa. Ketika melihat minat dan ketekunan Ibn Abbas ra. dalam mendalami tafsir Al-Qur’an, Nabi Saw. tidak serta merta memujinya. Beliau lebih memilih untuk mendoakan Ibn Abbas ra.:
اللهم فقّهْه في الدين وعلّمْه التأويل
“Ya Allah, jadikanlah dia ahli dalam ilmu agama dan ajarilah dia ilmu tafsir (Al-Qur’an).” (HR. Al-Hakim, dari Sa’id bin Jubair)
Begitu juga, di saat Nabi Saw.  melihat ketekunan Abu Hurairah ra. dalam
mengumpulkan hadits dan menghafalnya, beliau lantas berdoa agar Abu Hurairah ra. dikaruniai kemampuan untuk tidak lupa apa yang pernah dihapalnya. Doa inilah yang kemudian dikabulkan oleh Allah Swt. dan menjadikan Abu Hurairah ra. sebagai Sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits.

Pujian yang dilontarkan orang lain terhadap diri kita, merupakan salah satu tantangan berat yang dapat merusak kepribadian kita.
Pujian dapat membunuh karakter seseorang, tanpa ia sadari. Oleh karena itu, ketika seorang Sahabat memuji Sahabat yang lain secara langsung, Nabi Saw. menegurnya:
قطعت عنق صاحبك
  “Kamu telah memenggal leher temanmu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim, dari Abu Bakar ra.)
Senada dengan hadits tersebut, Ali ra. berkata dalam ungkapan hikmahnya yang sangat populer, “Kalau ada yang memuji kamu di hadapanmu, akan lebih baik bila kamu melumuri mulutnya dengan debu, daripada kamu terbuai oleh pujiannya.

Ketika pujian sudah jadi fenomena umum ditengah-tengah masyarakat, maka yang paling penting adalah bagaimana menyikapi setiap pujian secara sehat agar pujian ini ga  sampe bikin kita lupa daratan dan lepas kontrol; mengapresiasi setiap pujian hanya sebagai topeng dari sisi gelap kita yang ga orang lain ga tau; serta terus berdoa kepada Allah Swt. agar dijadikan lebih baik dari apa yang tampak di mata orang.
Selain itu, yang ga kalah pentingnya, kalaupun perlu memuji seseorang adalah bagaimana bisa mengemas pujian secara sehat. Toh memuji ga mesti sama kata-kata, tapi malah lebih berarti bila diekspresikan lewat dukungan dan doa. dengan demikian, kita tidak sampai menjerumuskan orang yang kita puji.
اللهم لاتؤخذنا بما يقولون، واغفرلنا ما لايعلمون، واجعلنا خيرا مما يظنون.
Utadz Abdullah Hakam Syah, Lc

editan dari ^^ http://www.pesantrenvirtual.com/index.php/hikmah/1077-tips-memuji-dan-dipuji-dalam-islam

1 komentar:

bagaimana menurutmu?