BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Setiap manusia mengawali
komunikasinya dengan dunia sekitarnya melalui bahasa tangis. Melalui bahasa
tersebut seorang bayi mengkomunikasikan segala kebutuhan dan keinginannya.
Sejalan dengan perkembangan kemampuan serta kematangan jasmani terutama yang
bertalian dengan proses bicara, komunikasi tersebut makin meningkat dan meluas.
Terdapat perbedaaan yang signifikan antara pengertian bahasa dan berbicara. Bahasa mencakup segala bentuk komunikasi baik yang diutarakan dalam bentuk lisan, tulisan, bahasa isyarat, bahasa gerak tubuh, ekspresi wajah, pantomim atau seni. Perkembangan bahasa tersebut selalu meningkat sesuai dengan meningkatnya usia anak. Orang tua sebaiknya selalu memperhatikan perkembangan tersebut, sebab pada masa ini sangat menentukan proses belajar. Pada gilirannya anak akan dapat berkembang dan tumbuh menjadi pribadi yang bahagia karena dengan mudah berkomunikasi dengan lingkungan, bersedia memberi dan menerima segala sesuatu yang terjadi di lingkungannya. Melihat fakta di lapangan mengenai perkembangan dan penguasaan bahasa pada anak sangat mengherankan, karena setiap anak-anak memiliki perkembangan dan penguasaan kosa kata yang berbeda baik dari segi jumlah maupun dari segi pengucapannya. Terkadang ada anak yang sudah mampu menguasai banyak kosa kata pada usia yang cukup muda (misalkan, usia satu tahun setengah), tetapi ada juga dalam usia seperti itu seorang anak tidak mampu mengusai kosa kata yang cukup banyak.
Perkembangan bahasa seseorang dimulai
sejak balita/bayi. Pada saat itulah seharusnya kita sudah mulai memerhatikan
perkembangan bahasa yang dikuasai oleh seseorang. Namun demikian, kita bisanya
tidak mempedulikan itu semua dan kita beranggapan bahwa seseorang akan
menguasai sebuah bahasa dengan sendirinya. Perkembangan
bahasa atau komunikasi pada anak merupakan salah satu aspek dari tahapan
perkembangan anak yang seharusnya tidak luput juga dari perhatian para pendidik
pada umumnya dan orang tua pada khususnya.
Pemerolehan bahasa oleh anak-anak
merupakan prestasi manusia yang paling hebat dan menakjubkan. Oleh sebab itulah masalah ini mendapat perhatian besar. Pemerolehan bahasa
telah ditelaah secara intensif sejak lama. Pada saat itu kita telah mempelajari
banyak hal mengenai bagaimana anak-anak berbicara, mengerti, dan menggunakan
bahasa, tetapi sangat sedikit hal yang kita ketahui mengenai proses aktual
perkembangan bahasa. Kapan
dan bagaimana proses perkembanganan bahasa pada seorang anak serta faktor apa yang mempengaruhi perkembangan
bahasa ? Pertanyaan itulah yang perlu kita ketahui jawabannya.
B. RUMUSAN MASALAH
Sesuatu yang diasumsikan sebagai
masalah, tentu tidak cukup hanya berhenti pada pertanyaan asumtif semata tanpa
ada pembahasan lebih lanjut tentang masalah tersebut. Karena masalah memiliki
ruang lingkup yang universal, maka perlu dibatasi dengan rumusan-rumusan agar
mengacu terhadap masalah dimaksud. Oleh karena itu, penulis membatasi
masalah dalam bentuk pertanyaan berikut:
1. Apa itu bahasa ?
2. Apa saja bentuk bahasa itu ?
3. Bagaimana
proses pemerolehan bahasa pada peserta didik ?
4. Bagaimana
proses pertumbuhan bahasa pada peserta didik ?
5. Bagaimana
proses perkembangan bahasa pada peserta didik ?
6.
Faktor apa saja
yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bahasa pada peserta didik?
C. TUJUAN
Sebagai kejelasan penulisan karya
tulis ilmiah ini, penulis memiliki beberapa tujuan terkait dengan judul yang
penulis angkat yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian bahasa.
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk
bahasa.
3. Untuk
mengetahui bagaimana proses pemerolehan bahasa pada peserta didik.
4. Untuk
mengetahui bagaimana proses pertumbuhan bahasa pada peserta didik.
5. Untuk
mengetahui bagaimana proses perkembangan bahasa pada peserta didik.
6. Untuk
mengetahui faktor apa saja yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bahasa pada peserta didik.
D. MANFAAT
Beberapa manfaat yang diharapkan
dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut:
1. Para pendidik dapat mengetahui
pengertian bahasa dengan jelas.
2. Para
pendidik dapat mengetahui bentuk-bentuk bahasa yang sering dipergunakan dalam
kehidupan sehari hari.
3. Para
pendidik dapat mengetahui dan memahami proses pemerolehan bahasa peserta didik.
4. Para
pendidik dapat memahami proses pertumbuhan dan perkembangan bahasa pada peserta
didik.
5. Sebagai sarana dalam meningkatkan
kesadaran guru untuk lebih memperhatikan kompetensi pribadi dan peserta
didiknya.
6. Sebagai sarana untuk membuat
kebijakan dalam rangka meningkatkan mutu proses pembelajaran.
7.
Dapat mengetahui lebih dini tentang gangguan bahasa pada
peserta didik.
8. Dapat memberikan solusi yang
efektif dalam menangani gangguan bahasa pada peserta didik.
BAB II
TEORI
Pertumbuhan bahasa pada seorang anak memiliki
beberapa tahap, mulai dari tahap pralinguistik, kemudian berlanjut pada tahap linguistik. Dalam tahap linguistik,
pertumbuhan bahasa dibagi dalam beberapa tahap, yaitu fase satu kata
(holofrase), fase lebih dari satu kata dan fase perbedaan (differensiasi).
Sedangkan dalam perkembangannya, perkembangan bahasa peserta didik pun memiliki
beberapa tahap, diantaranya reflexsive vocalization, babling, lalling, echolalia, sampai true speech. Tahapan-tahap pertumbuhan dan perkembangan bahasa tersebut terjadi pada
seorang anak dengan usianya yang bervariasi. Di
dalam pertumbuhan dan perkembangan bahasanya, dipengaruhi juga oleh
beberapa faktor, mulai dari faktor biologis, kognitif dan lingkungan.
A.
PENGERTIAN BAHASA
Menurut
para ahli, bahasa merupakan media komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan
pesan (pendapat, perasaan, dll) dengan menggunakan simbol-simbol yang
disepakati bersama, kemudian kata dirangkai berdasarkan urutan membentuk
kalimat yang bermakna, dan mengikuti aturan atau tata bahasa yang berlaku dalam
suatu komunitas atau masyarakat (Sinolungan, 1997; Semiawan, 1998).
B. BENTUK-BENTUK BAHASA
Setiap bahasa
memiliki karakteristik bervariasi, dan setiap bahasa memiliki karakteristik
yang umum. Urutan kata-kata merupakan karakteristik yang dikehendaki dalam
suatu bahasa.
Berikut ini
beberapa bentuk bahasa yang sering dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari,
diantaranya :
1)
Bahasa Lisan
Bahasa lisan merupakan bahasa primer dan bentuk bahasa
yang paling efektif untuk berkomunikasi dan paling banyak dipergunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Bahasa lisan
lebih ekspresif
karena mimik, intonasi, dan
gerakan tubuh dapat bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang
dilakukan.
2)
Bahasa Tulisan
Bahasa tulisan merupakan bahasa sekunder yang
digunakan dengan memanfaatkan media tulis. Pengungkapan ide, pikiran dan
perasaan dilakukan dengan menyusun huruf-huruf sebagai unsurnya. Huruf-huruf
tersebut tersusun menjadi kata dan kalimat, yang merupakan ekspresi dari
pikiran atau perasaan yang akan disampaikan. Dalam bahasa tulis, kelengkapan
unsur tata bahasa seperti bentuk kata, ataupun sususan kalimat, ketepatan
pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca digunakan
untuk mengungkapkan ide yang dapat secara tepat dan benar ditangkap oleh
pembaca, yaitu orang yang kita inginkan untuk menerima informasi tersebut.
Kesalahan dalam penggunaan ejaan akan menimbulkan salah pengertian dan
penafsiran dari maksud yang ingin kita sampaikan.
3)
Bahasa Tubuh / Bahasa
Isyarat
Bahasa tubuh adalah cara seseorang berkomunikasi dengan
mempergunakan bagian-bagian dari tubuh, yaitu melalui gerak isyarat, ekspresi
wajah, sikap tubuh, langkah serta gaya tersebut pada umumnya disebut bahasa
tubuh. Bahasa tubuh sering kali dilakukan tanpa disadari. Tapi,
bahasa tubuh atau bahasa isyarat dipergunakan
secara sengaja oleh orang-orang tertentu yang memiliki keterbatasan
dalam menggunakan bahasa lisan atau dalam situasi dan kondisi tertentu. Sebagaimana fungsi bahasa lain,
bahasa tubuh juga merupakan ungkapan komunikasi yang paling nyata, karena merupakan
ekspresi perasaan serta keinginan terhadap orang lain.
C. PROSES PEMEROLEHAN BAHASA PESERTA DIDIK
Proses anak mulai mengenal komunikasi dengan
lingkungannya secara verbal itulah yang disebut dengan pemerolehan bahasa anak.
Pemerolehan bahasa pertama terjadi bila anak pada awal kehidupannya tanpa
bahasa hingga kini telah memperoleh satu bahasa. Bahasa ibu (bahasa pertama)
menjadi salah satu sarana bagi seorang anak untuk mengungkapkan perasaan,
keinginan, pendirian, gagasan, harapan, dan sebagainya. Sedangkan pemerolehan
bahasa kedua dimaknai saat seseorang memperoleh sebuah bahasa lain setelah
terlebih dahulu ia menguasai bahasa pertamanya (bahasa ibu) sampai batas
tertentu.
Lenneberg salah seorang ahli teori belajar bahasa yang
sangat terkenal (1969) mengatakan bahwa perkembangan bahasa bergantung pada
pematangan otak secara biologis. Pematangan otak memungkinkan ide berkembang
dan selanjutnya memungkinkan pemerolehan bahasa anak berkembang. Terdapat
banyak bukti, manusia memiliki warisan biologis yang sudah ada sejak lahir
berupa kesanggupannya untuk berkomunikasi dengan bahasa, khusus untuk manusia.
Bukti yang memperkuat pendapatnya itu, antara lain:
a)
Kemampuan
berbahasa sangat erat hubungannya dengan bagian-bagian anatomi dan fisiologi manusia,
seperti bagian otak tertentu yang mendasari bahasa. Tingkat perkembangan bahasa
anak sama bagi semua anak normal.
b)
Kelainan hanya
sedikit berpengaruh terhadap keterlambatan perkembangan bahasa anak.
c)
Bahasa tidak
dapat diajarkan kepada makhluk lain.
d)
Bahasa bersifat
universal, setiap bahasa dilandasi unsur fonologi, semantic dan sintaksis yang universal.
D. PROSES PERTUMBUHAN BAHASA PESERTA DIDIK
Pertumbuhan bahasa
dimulai dari tangisan pertama sampai anak mampu bertutur kata. Pertumbuhan bahasa terbagi atas dua periode besar, yaitu: periode
Pralinguistik (0-1 tahun) dan Linguistik (1-5 tahun). Mulai periode linguistik
inilah mulai saat anak mengucapkan kata
pertama, yang merupakan saat paling menakjubkan bagi orang tua. Periode
linguistik terbagi dalam tiga fase besar, yaitu:
1)
FASE SATU
KATA (HOLOFRASE)
Pada fase
ini anak mempergunakan satu kata untuk menyatakan pikiran yang kompleks, baik
yang berupa keinginan, perasaan atau temuannya tanpa perbedaan yang jelas. Misalnya
kata minum, bagi: anak dapat berarti “saya mau minum”, atau dapat juga berarti “mama sedang minum”. Orang
tua baru dapat mengerti dan memahami apa yang dimaksudkan oleh anak tersebut,
apabila kita tahu dalam konteks apa kata tersebut diucapkan, sambil mengamati
mimik (raut muka) gerak serta bahasa tubuh lainnya. Pada umumnya kata pertama
yang diucapkan oleh anak adalah kata benda, setelah beberapa waktu barulah
disusul dengan kata kerja.
2)
FASE LEBIH
DARI SATU KATA
Fase dua
kata muncul pada anak berusia sekitar 18 bulan. Pada fase ini anak sudah dapat
membuat kalimat sederhana yang terdiri dari dua kata. Kalimat tersebut
kadang-kadang terdiri dari pokok kalimat dan predikat, kadang-kadang pokok
kalimat dengan obyek dengan tata bahasa yang tidak benar. Setelah dua kata,
muncullah kalimat dengan tiga kata, diikuti oleh empat kata dan seterusnya.
Pada periode ini bahasa yang digunakan oleh anak tidak lagi egosentris, dari
dan uniuk dirinya sendiri. Mulailah mengadakan komunikasi dengan orang lain
secara lancar. Orang tua mulai melakukan tanya jawab dengan anak secara
sederhana. Anak pun mulai dapat bercerita dengan kalimat-kalimatnya sendiri
yang sederhana.
3)
FASE
PERBEDAAN (DIFFERENSIASI)
Periode terakhir dari masa balita
yang berlangsung antara usia dua setengah sampai lima tahun. Keterampilan anak
dalam berbicara mulai lancar dan berkembang pesat. Dalam berbicara anak bukan
saja menambah kosakatanya yang mengagumkan akan tetapi anak mulai mampu
mengucapkan kata demi kata sesuai dengan jenisnya, terutama dalam pemakaian
kata benda dan kata kerja. Anak telah mampu mempergunakan kata ganti orang “aku”
untuk menyebut dirinya, mampu mempergunakan kata dalam bentuk jamak, awalan,
akhiran dan berkomunikasi lebih lancar lagi dengan lingkungan. Anak mulai dapat
mengkritik, bertanya, menjawab, memerintah, memberi tahu dan bentuk-bentuk
kalimat lain yang umum untuk satu pembicaraan “gaya” dewasa.
C. PROSES PERKEMBANGAN BAHASA
PESERTA DIDIK
Dari
uraian di atas mengenai perkembangan anak, dapat dilihat bahwa seorang anak di
dalam perkembangan bahasanya mengalami tahapa-tahapan yang sangat rumit, tidak
seperti yang kita bayangkan. bahwa bahasa itu berkembangan begitu saja. Secara
garis besar tahapan perkembangan bahasa pada anak dapat kita bagi menjadi tahap
reflexsive vocalization, babling, lalling, echolalia, dan true speech.
Tahapan-tahapan Umum
Perkembangan Kemampuan Berbahasa Seorang Anak, Yaitu:
· Reflexsive
Vocalization, Pada usia 0-3
minggu bayi akan mengeluarkan suara tangisan yang masih berupa refleks. Jadi,
bayi menangis bukan karena ia memang ingin menangis tetapi hal tersebut
dilakukan tanpa ia sadari.
· Babling, Pada usia
lebih dari 3 minggu, ketika bayi merasa lapar atau tidak nyaman ia akan
mengeluarkan suara tangisan. Berbeda dengan sebelumnya, tangisan yang
dikeluarkan telah dapat dibedakan sesuai dengan keinginan atau perasaan si
bayi.
· Lalling, Di usia 3
minggu sampai 2 bulan mulai terdengar suara-suara namun belum jelas. Bayi mulai
dapat mendengar pada usia 2 s.d. 6 bulan sehingga ia mulai dapat mengucapkan
kata dengan suku kata yang diulang-ulang, seperti: “pa….pa…, ma..ma….”
· Echolalia, Di tahap
ini, yaitu saat bayi menginjak usia 10 bulan ia mulai meniru suara-suara yang
didengar dari lingkungannya, serta ia juga akan menggunakan ekspresi wajah atau
isyarat tangan ketika ingin meminta sesuatu.
· True Speech,
Bayi mulai dapat berbicara dengan benar. Saat itu
usianya sekitar 18 bulan atau biasa disebut batita. Namun, pengucapannya belum sempurna
seperti orang dewasa.
Sementara
itu, Tarigan (2009: 246-251) menjabarkan perkembangan bahasa menjadi beberapa
tahapan.
1. Tahap Meraban (Pralinguistik) Pertama
Pada
tahap meraban pertama, selama berbulan-bulan awal kehidupan, bayi menangis, mendekut,
mendenguk, menjerit dan tertawa. Mereka seolah-olah menghasilkan tiap-tiap
jenis bunyi yang mungkin dibuat.
2. Tahap Meraban (Pralinguistik) Kedua
Tahap
ini disebut juga tahap omong-kosong, tahap kata tanpa makna awal tahap meraban
kedua ini biasanya pada permulaan kedua, tahun pertama kehidupan. Anak-anak
tidak mengahsilkan suatu kata yang dapat dikenal, tetapi mereka berbuat
seolah-olah mengatur ucapan mereka sesuai dengan pola suku kata.
3. Tahap 1: Tahap Holofrastik (Tahap Linguistik
Pertama)
Ini
adalah tahap satu kata, yang dimulai sekitar usia satu tahun. Akan tetapi,
justru pada saat inilah tahap-tahap perkembangan linguistik berhenti lalu
dihubungkan dengan usia secara terpercaya. Ucapan satu kata pada periode ini
disebut holofrase karena anak menyatakan makna keseluruhan frase atau kalimat
dalam satu kata yang diucapkannya itu.
4. Tahap II : Ucapan-ucapan Dua-Kata
Tahap
linguistik kedua ini biasanya dimulai menjelang hari ulang tahun kedua, tetapi
seperti yang telah dikatakan dahulu, terdapat sejumlah variasi perseorangan di
antara anak-anak normal. anak-anak memasuki tahap ini dengan pertama kali
mengucapkan dua holofrase dalam rangkaian yang cepat. Misalnya, anak yang
menggunakan holofrase mata dan mama mungkin menunjuk kepada bola
mata dan ikuti oleh jeda sebentar, lalu kepada mama. Maknanya akan terlihat
dari urutan “mata mama”,tetapi jelas anak itu telah mempergunakan dua buah
holofrase untuk menyatakan makna tersebut. Segera setelah itu, anak mulai
memakai ucapan-ucapan dua-kata, seperti saya makan, mau minum, dan sebagainya.
5. Tahap III: Pengembangan Tata Bahasa
Usia
yang merupakan saat keluarnya anak-anak dari tahapan II sangat berbeda-beda.
Ada anak yang memasuki tahap III pada usia dua tahun, ada pula yang masih tetap
mepergunakan ucapan dua kata secara ekslusif sampai melewati hari ulang
tahunnyayang ketiga. selama tahap III anak-anak mengembangkan sejumlah sarana
ketatabahasaan. panjang kalimat mereka bertambah, tetapi hal ini tidaklah
begitu penting karena ucapan-ucapan mereka semakin bertambah rumit.
6. Tahap IV:
Tata Bahasa Menjelang Dewasa
Pada
tahap IV, anak-anak memulai dengan struktur tata bahasa yang lebih rumit;
banyak di antaranya yang melibatkan gabungan kalimat-kalimat sederhana dengan
komplementasi, relativisasi dan konjungsi.
7. Kompetensi Lengkap
D. FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI BAHASA PESERTA DIDIK
Ada dua faktor paling signifikan yang
mempengaruhi anak dalam berbahasa, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor-faktor di atas, memberikan gambaran pola perkembangan berbahasa
anak yang pada umumnya sama, tetapi tetap ada perbedaan individual, terutama
dalam laju perkembangan dan frekuensi atau banyaknya bicara, serta isi atau
topik pembicaraan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor berikut :
1. Faktor Internal
a.
Evolusi Biologi
Evolusi biologis menjadi
salah satu landasan perkembangan bahasa. Mereka menyakini bahwa evolusi
biologi membentuk manusia menjadi manusia linguistik. Noam Chomsky (1957)
meyakini bahwa manusia terikat secara biologis untuk mempelajari bahasa
pada suatu waktu tertentu dan dengan cara tertentu. Ia menegaskan bahwa setiap
anak mempunyai language acquisition device (LAD), yaitu kemampuan
alamiah anak untuk berbahasa. Tahun-tahun awal masa anak-anak merupakan periode
yang penting untuk belajar bahasa (critical-period). Jika pengenalan
bahasa tidak terjadi sebelum masa remaja, maka ketidakmampuan dalam menggunakan
tata bahasa yang baik akan dialami seumur hidup. Selain itu, adanya periode
penting dalam mempelajari bahasa bisa dibuktikan salah satunya dari aksen
orang dalam berbicara. Menurut teori ini, jika orang berimigrasi setelah
berusia 12 tahun kemungkinan akan berbicara bahasa negara yang baru dengan
aksen asing pada sisa hidupnya, tetapi kalau orang berimigrasi sebagai anak
kecil, aksen akan hilang ketika bahasa baru akan dipelajari.
Ø
Evolusi Biologis, berkenaan dengan
evolusi biologis, otak, sistem syaraf dan sistem vokal berubah selama
beratus-ratus ribu tahun sehingga diperkirakan manusia mendapat bahasa
bervariasi selama beribu tahun yang lalu.
Ø
Ikatan Bilogis, anak-anak dilahirkan
di dunia dilengkapi dengan alat pemerolehan bahasa (language acquisition
device=LAD) yaitu ikatan biologis yang memungkinkan anak mendeteksi bahasa
tertentu. LAD merupakan suatu kemampuan gramatikal yang dibawa sejak lahir yang
mendasari semua bahasa manusia.
Ø
Peranan Otak dalam Perkembangan
Bahasa, berdasarkan hasil penelitian Gazzaniaga dan Sperry (Santrock &
Yussen), proses bahasa itu dikontrol oleh belahan otak sebelah kiri. Jadi
apabila seseorang mengalami gangguan otak kiri, dia akan sulit untuk melakukan
perkembangan bahasa. Tanya kenapa??? Karena pada otak kiri terdapat suatu area
yang bernama “wernick’s area”, fungsinya untuk pemahaman bahasa. Apabila
kerusakan otak pada seseorang terjadi pada area ini akan sering timbul ocehan-ocehan
atau pembicaraan yang tidak berarti.
Ø
Apakah Binatang Memiliki Bahasa?,
beberapa binatang mempunyai sistem komunikasi yang menakjubkan dan sederhana,
serta komunikasinya adaptif dalam memberikan tanda bahaya, memberikan tanda ada
makanan dan memberi tanda karena adanya kebutuhan seksual.
Ø Periode Kritis Belajar Bahasa, pada
usia sebelum 12 tahun sangat memungkinkan berkembangnya kemahiran bahsa
seseorang. Mengajarkan bahasa pada anak harus dari usia dini, dengan
memperhatikan faktor biologis dan faktor lingkungan.
b. Jenis Kelamin
Anak perempuan lebih baik dalam belajar bahasa daripada anak
laki-laki, baik dalam pengucapan, kosa kata, dan tingkat keseringan berbahasa,
daripada anak laki-laki.
c. Kecerdasan
Anak yang memiliki kecerdasan tinggi, akan belajar berbicara
lebih cepat dan memiliki penguasaan bahasa yang lebih baik daripada anak yang
tingkat kecerdasannya rendah. Belajar bahasa erat kaitannya dengan kemampuan
berpikir. Bahasa mengungkapkan apa yang dipikirkan anak.
d.
Keinginan dan dorongan untuk berkomunikasi serta hubungan dengan teman sebaya
Semakin kuat keinginan dan dorongan berkomunikasi dengan
orang lain, terutama bermain dengan teman sebaya, akan semakin kuat pula usaha
anak untuk berbicara atau berbahasa.
e. Kepribadian
Anak yang dapat menyesuaikan diri dengan baik cenderung
memiliki kemampuan berbicara atau berbahasa lebih baik daripada anak yang
mengalami masalah atau kendala dalam penyesuaian diri dan sosial. Kemampuan berbahasa anak yang memiliki
kepribadian dan penyesuaian diri yang baik juga akan lebih baik secara
kuantitas (jumlah kata dan keseringan bicara) maupun secara kualitas (ketepatan
pengucapan dan isi/topik pembicaraan).
2. Faktor Eksternal
a. Faktor
Kognitif (Pola Asuh)
Individu merupakan satu hal yang
tidak bisa dipisahkan pada perkembangan bahasa anak. Para ahli kognitif juga
menegaskan bahwa kemampuan anak berbahasa tergantung pada kematangan
kognitifnya. Tahap awal perkembangan intelektual anak terjadi dari lahir sampai
berumur 2 tahun. Pada masa itu anak mengenal dunianya melalui sensasi yang
didapat dari inderanya dan membentuk persepsi mereka akan segala hal yang
berada di luar dirinya. Misalnya, sapaan lembut dari ibu/ayah ia dengar dan
belaian halus, ia rasakan, kedua hal ini membentuk suatu simbol dalam proses
mental anak. Perekaman sensasi nonverbal (simbolik) akan berkaitan
dengan memori asosiatif yang nantinya akan memunculkan suatu logika. Bahasa
simbolik itu merupakan bahasa yang personal dan setiap bayi pertama kali
berkomunikasi dengan orang lain menggunakan bahasa simbolik. Sehingga sering
terjadi hanya ibu yang mengerti apa yang diinginkan oleh anaknya dengan
melihat/mencermati bahasa simbol yang dikeluarkan oleh anak.
Para ahli sepakat bahwa pemerolehan bahasa sangat
dipengaruhi oleh penggunaan bahasa sekitar. Dengan kata lain, perjalanan
pemerolehan bahasa seorang anak akan sangat bergantung pada lingkungan bahasa
anak tersebut (Yudibrata, 1998: 65). Sebelum anak memasuki lingkungan sosial
yang lebih luas, masa bermain dan bersekolah, lingkungan keluarga sebaiknya bisa menjadi arena yang
menyenangkan bagi proses perkembangan bahasa anak. Rumah adalah sekolah pertama
bagi anak, dan orangtua adalah guru pertama yang bisa mengantar anak menuju
gerbang pendidikan formal. Sebaik mungkin orangtua membuat kondisi rumah sedemikian rupa agar mampu
menghasilkan stimulus positif sebanyak dan sevariatif mungkin. Stimulus yang
diberikan orangtua akan terbingkai dalam pola pikir, pola tindak, dan pola ucap
anak. Jika orangtua menginginkan anaknya santun berbahasa, maka berikan
stimulus yang positif. Setiap aktivitas yang ada dan terjadi di lingkungan
rumah merupakan rangkaian dari proses pemerolehan karakter yang sifatnya berkala dan
berkesinambungan. Dalam hal ini orangtua berperan sebagai motor penggerak yang
memegang kendali pertama dan utama dalam perkembangan bahasa anak melalui
(salah satunya) pola asuh yang mendidik.
b. Lingkungan
Luar
Sementara itu, di sisi lain proses
penguasaan bahasa tergantung dari stimulus dari lingkungan. Pada
umumnya, anak diperkenalkan bahasa sejak awal perkembangan mereka, salah
satunya disebut motherse, yaitu cara ibu atau orang dewasa, anak belajar bahasa
melalui proses imitasi dan perulangan dari orang-orang disekitarnya.
Pengenalan bahasa yang lebih dini
dibutuhkan untuk memperoleh ketrampilan bahasa yang baik. Tiga faktor di atas saling
mendukung untuk menghasilkan kemampuan berbahasa maksimal. Orang tua,
khususnya, harus memberikan stimulus yang positif pada pengembangan
keterampilan bahasa pada anak, seperti berkomunikasi pada anak dengan kata-kata
yang baik dan mendidik, berbicara secara halus, dan sebisa mungkin membuat anak
merasa nyaman dalam suasana kondusif rumah tangga yang harmonis, rukun, dan
damai. Hal tersebut dapat menstimulus anak untuk bisa belajar berkomunikasi dengan
baik karena jika anak distimulus secara positif maka akan mungkin untuk anak
merespon secara positif pula.
c.
Kesehatan
Anak yang sehat lebih cepat belajar berbicara dibandingkan
dengan anak yang kurang sehat atau sering sakit. Hal ini dikarenakan perkembangan
aspek motorik dan aspek mental berbicaranya lebih baik sehingga lebih siap
untuk belajar berbicara. Motivasi berbahasa didorong oleh keinginan untuk
menjadi anggota kelompok sosial dan berkomunikasi dengan anggota kelompok
tersebut.
d. Keluarga
(jumlah anggota keluarga, urutan
kelahiran, dan metode latihan berbicara)
Semakin banyak jumlah anggota keluarga, akan semakin sering
anak mendengar dan berbicara. Demikian juga, anak pertama lebih baik
perkembangan berbicaranya karena orang tua lebih banyak mempunyai waktu untuk
mengajak dan melatih mereka berbicara.
Beberapa hal yang penting dalam perkembangan bahasa yaitu
perubahan kultural dan konteks sosiokultural bahasa, dukungan terhadap bahasa
dan pandangan behavioral, diantaranya :
§ Perubahan Kultural dan Konteks
Sosiokultural Bahasa
Kekuatan sosial membuat manusia untuk lebih mengembangkan
cara berkomunikasi dengan orang lain. Konteks sosiokultural memainkan suatu
peranan penting dalam perkembangan bahasa akhir-akhir ini. Vygotsky
mengemukakan bahwa peranan orang dewasa sangat penting untuk membantu
perkembangan bahasa anak. Brunner juga menekankan bahwa orang dewasa
atau orang tua sangat penting unutk mengembangkan komunikasi anak . Jadi, peran
orang tua, atau guru dalam perkembangan bahasa anak cukup besar.
§ Dukungan Sosial untuk Perkembangan
Bahasa
a) Motherese, cara seorang
ibu berkomunikasi dengan bayi, dengan kata-kata dan kalimat yang sederhana.
Motherese mempunyai peranan penting dalam mempermudah perkembangan bahasa anak
sejak usia dini.
b) Recastin, membuat frase
yang sama dari suatu kalimat dengan cara berbeda.
c) Echoing, mengulangi apa
yang akan dikatakan kepada kita,
d) Expanding, menyatakan
kembali apa yang anak telah katakan kepada kita dengan linguistik yang lebih
baik.
Orang tua dan guru merupakan komponen penting dalam
perkembangan bahasa anak, karena mereka berperan sebagai model bahasa dan
pengoreksi atas kesalahan anak. Kedua teori
tersebut tidak dapt diketahui nilai kebenarannya, karena faktor biologis maupun
pengalaman saling bekerja sama dalam menghasilkan perkembangan bahasa yang
optimal.
0 komentar:
Posting Komentar
bagaimana menurutmu?