Selasa, 17 Juli 2012

Pertumbuhan dan Perkembangan Bahasa


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Setiap manusia mengawali komunikasinya dengan dunia sekitarnya melalui bahasa tangis. Melalui bahasa tersebut seorang bayi mengkomunikasikan segala kebutuhan dan keinginannya. Sejalan dengan perkembangan kemampuan serta kematangan jasmani terutama yang bertalian dengan proses bicara, komunikasi tersebut makin meningkat dan meluas.

Terdapat perbedaaan yang signifikan antara pengertian bahasa dan berbicara. Bahasa mencakup segala bentuk komunikasi baik yang diutarakan dalam bentuk lisan, tulisan, bahasa isyarat, bahasa gerak tubuh, ekspresi wajah, pantomim atau seni. Perkembangan bahasa tersebut selalu meningkat sesuai dengan meningkatnya usia anak. Orang tua sebaiknya selalu memperhatikan perkembangan tersebut, sebab pada masa ini sangat menentukan proses belajar. Pada gilirannya anak akan dapat berkembang dan tumbuh menjadi pribadi yang bahagia karena dengan mudah berkomunikasi dengan lingkungan, bersedia memberi dan menerima segala sesuatu yang terjadi di lingkungannya. Melihat fakta di lapangan mengenai perkembangan dan penguasaan bahasa pada anak sangat mengherankan, karena setiap anak-anak memiliki perkembangan dan penguasaan kosa kata yang berbeda baik dari segi jumlah maupun dari segi pengucapannya. Terkadang ada anak yang sudah mampu menguasai banyak kosa kata pada usia yang cukup muda (misalkan, usia satu tahun setengah), tetapi ada juga dalam usia seperti itu seorang anak tidak mampu mengusai kosa kata yang cukup banyak.
Perkembangan bahasa seseorang dimulai sejak balita/bayi. Pada saat itulah seharusnya kita sudah mulai memerhatikan perkembangan bahasa yang dikuasai oleh seseorang. Namun demikian, kita bisanya tidak mempedulikan itu semua dan kita beranggapan bahwa seseorang akan menguasai sebuah bahasa dengan sendirinya. Perkembangan bahasa atau komunikasi pada anak merupakan salah satu aspek dari tahapan perkembangan anak yang seharusnya tidak luput juga dari perhatian para pendidik pada umumnya dan orang tua pada khususnya. 
Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan prestasi manusia yang paling hebat dan menakjubkan. Oleh sebab itulah masalah ini mendapat perhatian besar. Pemerolehan bahasa telah ditelaah secara intensif sejak lama. Pada saat itu kita telah mempelajari banyak hal mengenai bagaimana anak-anak berbicara, mengerti, dan menggunakan bahasa, tetapi sangat sedikit hal yang kita ketahui mengenai proses aktual perkembangan bahasa. Kapan dan bagaimana proses perkembanganan bahasa pada seorang anak serta  faktor apa yang mempengaruhi perkembangan bahasa ? Pertanyaan itulah yang perlu kita ketahui jawabannya.
B.  RUMUSAN MASALAH
Sesuatu yang diasumsikan sebagai masalah, tentu tidak cukup hanya berhenti pada pertanyaan asumtif semata tanpa ada pembahasan lebih lanjut tentang masalah tersebut. Karena masalah memiliki ruang lingkup yang universal, maka perlu dibatasi dengan rumusan-rumusan agar mengacu terhadap masalah dimaksud. Oleh karena itu, penulis membatasi masalah dalam bentuk pertanyaan berikut:
1.    Apa itu bahasa ?
2.    Apa saja bentuk bahasa itu ?
3.    Bagaimana proses pemerolehan bahasa pada peserta didik ?
4.    Bagaimana proses pertumbuhan bahasa pada peserta didik ?
5.    Bagaimana proses perkembangan bahasa pada peserta didik ?
6.    Faktor apa saja yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bahasa pada peserta didik?

C.  TUJUAN
Sebagai kejelasan penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis memiliki beberapa tujuan terkait dengan judul yang penulis angkat yaitu:
1.   Untuk mengetahui pengertian bahasa.
2.   Untuk mengetahui bentuk-bentuk bahasa.
3.   Untuk mengetahui bagaimana proses pemerolehan bahasa pada peserta didik.
4.   Untuk mengetahui bagaimana proses pertumbuhan bahasa pada peserta didik.
5.   Untuk mengetahui bagaimana proses perkembangan bahasa pada peserta didik.
6.   Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bahasa pada peserta didik.

D. MANFAAT
Beberapa manfaat yang diharapkan dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut:
1.   Para pendidik dapat mengetahui pengertian bahasa dengan jelas.
2.   Para pendidik dapat mengetahui bentuk-bentuk bahasa yang sering dipergunakan dalam kehidupan sehari hari.
3.   Para pendidik dapat mengetahui dan memahami proses pemerolehan bahasa peserta didik.
4.   Para pendidik dapat memahami proses pertumbuhan dan perkembangan bahasa pada peserta didik.
5.   Sebagai sarana dalam meningkatkan kesadaran guru untuk lebih memperhatikan kompetensi pribadi dan peserta didiknya.
6.   Sebagai sarana untuk membuat kebijakan dalam rangka meningkatkan mutu proses pembelajaran.
7.    Dapat mengetahui lebih dini tentang gangguan bahasa pada peserta didik.
8.   Dapat memberikan solusi yang efektif dalam menangani gangguan bahasa pada peserta didik.


BAB II

TEORI
Pertumbuhan bahasa pada seorang anak memiliki beberapa tahap, mulai dari tahap pralinguistik, kemudian berlanjut pada tahap linguistik. Dalam tahap linguistik, pertumbuhan bahasa dibagi dalam beberapa tahap, yaitu fase satu kata (holofrase), fase lebih dari satu kata dan fase perbedaan (differensiasi). Sedangkan dalam perkembangannya, perkembangan bahasa peserta didik pun memiliki beberapa tahap, diantaranya reflexsive vocalization, babling, lalling, echolalia, sampai  true speech. Tahapan-tahap pertumbuhan dan perkembangan bahasa tersebut terjadi pada seorang anak dengan  usianya yang bervariasi. Di dalam pertumbuhan dan perkembangan bahasanya, dipengaruhi juga oleh beberapa faktor, mulai dari faktor biologis, kognitif dan lingkungan.

A.  PENGERTIAN BAHASA
Menurut para ahli, bahasa merupakan media komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan (pendapat, perasaan, dll) dengan menggunakan simbol-simbol yang disepakati bersama, kemudian kata dirangkai berdasarkan urutan membentuk kalimat yang bermakna, dan mengikuti aturan atau tata bahasa yang berlaku dalam suatu komunitas atau masyarakat (Sinolungan, 1997; Semiawan, 1998).

B.  BENTUK-BENTUK BAHASA
Setiap bahasa memiliki karakteristik bervariasi, dan setiap bahasa memiliki karakteristik yang umum. Urutan kata-kata merupakan karakteristik yang dikehendaki dalam suatu bahasa.
Berikut ini beberapa bentuk bahasa yang sering dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya :
1)   Bahasa Lisan
Bahasa lisan merupakan bahasa primer dan bentuk bahasa yang paling efektif untuk berkomunikasi dan paling banyak dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa lisan lebih ekspresif karena mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan.

2)   Bahasa Tulisan
Bahasa tulisan merupakan bahasa sekunder yang digunakan dengan memanfaatkan media tulis. Pengungkapan ide, pikiran dan perasaan dilakukan dengan menyusun huruf-huruf sebagai unsurnya. Huruf-huruf tersebut tersusun menjadi kata dan kalimat, yang merupakan ekspresi dari pikiran atau perasaan yang akan disampaikan. Dalam bahasa tulis, kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata, ataupun sususan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca digunakan untuk mengungkapkan ide yang dapat secara tepat dan benar ditangkap oleh pembaca, yaitu orang yang kita inginkan untuk menerima informasi tersebut. Kesalahan dalam penggunaan ejaan akan menimbulkan salah pengertian dan penafsiran dari maksud yang ingin kita sampaikan.

3)   Bahasa Tubuh /  Bahasa Isyarat
Bahasa tubuh adalah cara seseorang berkomunikasi dengan mempergunakan bagian-bagian dari tubuh, yaitu melalui gerak isyarat, ekspresi wajah, sikap tubuh, langkah serta gaya tersebut pada umumnya disebut bahasa tubuh. Bahasa tubuh sering kali dilakukan tanpa disadari. Tapi, bahasa tubuh atau bahasa isyarat dipergunakan  secara sengaja oleh orang-orang tertentu yang memiliki keterbatasan dalam menggunakan bahasa lisan atau dalam situasi dan kondisi tertentu. Sebagaimana fungsi bahasa lain, bahasa tubuh juga merupakan ungkapan komunikasi yang paling nyata, karena merupakan ekspresi perasaan serta keinginan terhadap orang lain.

C.  PROSES PEMEROLEHAN BAHASA PESERTA DIDIK
Proses anak mulai mengenal komunikasi dengan lingkungannya secara verbal itulah yang disebut dengan pemerolehan bahasa anak. Pemerolehan bahasa pertama terjadi bila anak pada awal kehidupannya tanpa bahasa hingga kini telah memperoleh satu bahasa. Bahasa ibu (bahasa pertama) menjadi salah satu sarana bagi seorang anak untuk mengungkapkan perasaan, keinginan, pendirian, gagasan, harapan, dan sebagainya. Sedangkan pemerolehan bahasa kedua dimaknai saat seseorang memperoleh sebuah bahasa lain setelah terlebih dahulu ia menguasai bahasa pertamanya (bahasa ibu) sampai batas tertentu.
Lenneberg salah seorang ahli teori belajar bahasa yang sangat terkenal (1969) mengatakan bahwa perkembangan bahasa bergantung pada pematangan otak secara biologis. Pematangan otak memungkinkan ide berkembang dan selanjutnya memungkinkan pemerolehan bahasa anak berkembang. Terdapat banyak bukti, manusia memiliki warisan biologis yang sudah ada sejak lahir berupa kesanggupannya untuk berkomunikasi dengan bahasa, khusus untuk manusia.
Bukti yang memperkuat pendapatnya itu, antara lain:
a)    Kemampuan berbahasa sangat erat hubungannya dengan bagian-bagian anatomi dan fisiologi manusia, seperti bagian otak tertentu yang mendasari bahasa. Tingkat perkembangan bahasa anak sama bagi semua anak normal.
b)   Kelainan hanya sedikit berpengaruh terhadap keterlambatan perkembangan bahasa anak.
c)    Bahasa tidak dapat diajarkan kepada makhluk lain.
d)   Bahasa bersifat universal, setiap bahasa dilandasi unsur fonologi, semantic dan sintaksis yang universal.

D.  PROSES PERTUMBUHAN BAHASA PESERTA DIDIK
Pertumbuhan bahasa dimulai dari tangisan pertama sampai anak mampu bertutur kata. Pertumbuhan bahasa terbagi atas dua periode besar, yaitu: periode Pralinguistik (0-1 tahun) dan Linguistik (1-5 tahun). Mulai periode linguistik inilah mulai saat anak mengucapkan kata  pertama, yang merupakan saat paling menakjubkan bagi orang tua. Periode linguistik terbagi dalam tiga fase besar, yaitu:
1)      FASE SATU KATA (HOLOFRASE)
Pada fase ini anak mempergunakan satu kata untuk menyatakan pikiran yang kompleks, baik yang berupa keinginan, perasaan atau temuannya tanpa perbedaan yang jelas. Misalnya kata minum, bagi: anak dapat berarti “saya mau minum”, atau  dapat juga berarti “mama sedang minum”. Orang tua baru dapat mengerti dan memahami apa yang dimaksudkan oleh anak tersebut, apabila kita tahu dalam konteks apa kata tersebut diucapkan, sambil mengamati mimik (raut muka) gerak serta bahasa tubuh lainnya. Pada umumnya kata pertama yang diucapkan oleh anak adalah kata benda, setelah beberapa waktu barulah disusul dengan kata kerja.

2)      FASE LEBIH DARI SATU KATA
Fase dua kata muncul pada anak berusia sekitar 18 bulan. Pada fase ini anak sudah dapat membuat kalimat sederhana yang terdiri dari dua kata. Kalimat tersebut kadang-kadang terdiri dari pokok kalimat dan predikat, kadang-kadang pokok kalimat dengan obyek dengan tata bahasa yang tidak benar. Setelah dua kata, muncullah kalimat dengan tiga kata, diikuti oleh empat kata dan seterusnya. Pada periode ini bahasa yang digunakan oleh anak tidak lagi egosentris, dari dan uniuk dirinya sendiri. Mulailah mengadakan komunikasi dengan orang lain secara lancar. Orang tua mulai melakukan tanya jawab dengan anak secara sederhana. Anak pun mulai dapat bercerita dengan kalimat-kalimatnya sendiri yang sederhana.



3)      FASE PERBEDAAN (DIFFERENSIASI)
Periode terakhir dari masa balita yang berlangsung antara usia dua setengah sampai lima tahun. Keterampilan anak dalam berbicara mulai lancar dan berkembang pesat. Dalam berbicara anak bukan saja menambah kosakatanya yang mengagumkan akan tetapi anak mulai mampu mengucapkan kata demi kata sesuai dengan jenisnya, terutama dalam pemakaian kata benda dan kata kerja. Anak telah mampu mempergunakan kata ganti orang “aku” untuk menyebut dirinya, mampu mempergunakan kata dalam bentuk jamak, awalan, akhiran dan berkomunikasi lebih lancar lagi dengan lingkungan. Anak mulai dapat mengkritik, bertanya, menjawab, memerintah, memberi tahu dan bentuk-bentuk kalimat lain yang umum untuk satu pembicaraan “gaya” dewasa.

C.  PROSES PERKEMBANGAN BAHASA PESERTA DIDIK
Dari uraian di atas mengenai perkembangan anak, dapat dilihat bahwa seorang anak di dalam perkembangan bahasanya mengalami tahapa-tahapan yang sangat rumit, tidak seperti yang kita bayangkan. bahwa bahasa itu berkembangan begitu saja. Secara garis besar tahapan perkembangan bahasa pada anak dapat kita bagi menjadi tahap reflexsive vocalization, babling, lalling, echolalia, dan true speech.
Tahapan-tahapan Umum Perkembangan Kemampuan Berbahasa Seorang Anak, Yaitu:
·      Reflexsive Vocalization, Pada usia 0-3 minggu bayi akan mengeluarkan suara tangisan yang masih berupa refleks. Jadi, bayi menangis bukan karena ia memang ingin menangis tetapi hal tersebut dilakukan tanpa ia sadari.
·      Babling, Pada usia lebih dari 3 minggu, ketika bayi merasa lapar atau tidak nyaman ia akan mengeluarkan suara tangisan. Berbeda dengan sebelumnya, tangisan yang dikeluarkan telah dapat dibedakan sesuai dengan keinginan atau perasaan si bayi.
·      Lalling, Di usia 3 minggu sampai 2 bulan mulai terdengar suara-suara namun belum jelas. Bayi mulai dapat mendengar pada usia 2 s.d. 6 bulan sehingga ia mulai dapat mengucapkan kata dengan suku kata yang diulang-ulang, seperti: “pa….pa…, ma..ma….
·      Echolalia, Di tahap ini, yaitu saat bayi menginjak usia 10 bulan ia mulai meniru suara-suara yang didengar dari lingkungannya, serta ia juga akan menggunakan ekspresi wajah atau isyarat tangan ketika ingin meminta sesuatu.
·      True Speech, Bayi mulai dapat berbicara dengan benar. Saat itu usianya sekitar 18 bulan atau biasa disebut batita. Namun, pengucapannya belum sempurna seperti orang dewasa.




Sementara itu, Tarigan (2009: 246-251) menjabarkan perkembangan bahasa menjadi beberapa tahapan.
1.    Tahap Meraban (Pralinguistik) Pertama
Pada tahap meraban pertama, selama berbulan-bulan awal kehidupan, bayi menangis, mendekut, mendenguk, menjerit dan tertawa. Mereka seolah-olah menghasilkan tiap-tiap jenis bunyi yang mungkin dibuat.
2.    Tahap Meraban (Pralinguistik) Kedua
Tahap ini disebut juga tahap omong-kosong, tahap kata tanpa makna awal tahap meraban kedua ini biasanya pada permulaan kedua, tahun pertama kehidupan. Anak-anak tidak mengahsilkan suatu kata yang dapat dikenal, tetapi mereka berbuat seolah-olah mengatur ucapan mereka sesuai dengan pola suku kata.
3.    Tahap 1: Tahap Holofrastik (Tahap Linguistik Pertama)
Ini adalah tahap satu kata, yang dimulai sekitar usia satu tahun. Akan tetapi, justru pada saat inilah tahap-tahap perkembangan linguistik berhenti lalu dihubungkan dengan usia secara terpercaya. Ucapan satu kata pada periode ini disebut holofrase karena anak menyatakan makna keseluruhan frase atau kalimat dalam satu kata yang diucapkannya itu.
4.    Tahap II : Ucapan-ucapan Dua-Kata
Tahap linguistik kedua ini biasanya dimulai menjelang hari ulang tahun kedua, tetapi seperti yang telah dikatakan dahulu, terdapat sejumlah variasi perseorangan di antara anak-anak normal. anak-anak memasuki tahap ini dengan pertama kali mengucapkan dua holofrase dalam rangkaian yang cepat. Misalnya, anak yang menggunakan holofrase mata dan mama mungkin menunjuk kepada bola mata dan ikuti oleh jeda sebentar, lalu kepada mama. Maknanya akan terlihat dari urutan “mata mama”,tetapi jelas anak itu telah mempergunakan dua buah holofrase untuk menyatakan makna tersebut. Segera setelah itu, anak mulai memakai ucapan-ucapan dua-kata, seperti saya makan, mau minum, dan sebagainya.
5.    Tahap III: Pengembangan Tata Bahasa
Usia yang merupakan saat keluarnya anak-anak dari tahapan II sangat berbeda-beda. Ada anak yang memasuki tahap III pada usia dua tahun, ada pula yang masih tetap mepergunakan ucapan dua kata secara ekslusif sampai melewati hari ulang tahunnyayang ketiga. selama tahap III anak-anak mengembangkan sejumlah sarana ketatabahasaan. panjang kalimat mereka bertambah, tetapi hal ini tidaklah begitu penting karena ucapan-ucapan mereka semakin bertambah rumit.
6.    Tahap IV:  Tata Bahasa Menjelang Dewasa
Pada tahap IV, anak-anak memulai dengan struktur tata bahasa yang lebih rumit; banyak di antaranya yang melibatkan gabungan kalimat-kalimat sederhana dengan komplementasi, relativisasi dan konjungsi.
7.    Kompetensi Lengkap
D.  FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BAHASA PESERTA DIDIK
Ada dua faktor paling signifikan yang mempengaruhi anak dalam berbahasa, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor-faktor di atas, memberikan gambaran pola perkembangan berbahasa anak yang pada umumnya sama, tetapi tetap ada perbedaan individual, terutama dalam laju perkembangan dan frekuensi atau banyaknya bicara, serta isi atau topik pembicaraan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor berikut :

1. Faktor Internal
a.       Evolusi Biologi
Evolusi biologis menjadi salah satu landasan  perkembangan bahasa. Mereka menyakini bahwa evolusi biologi membentuk manusia menjadi manusia linguistik. Noam Chomsky (1957) meyakini bahwa  manusia terikat secara biologis untuk mempelajari bahasa pada suatu waktu tertentu dan dengan cara tertentu. Ia menegaskan bahwa setiap anak mempunyai language acquisition device (LAD), yaitu kemampuan alamiah anak untuk berbahasa. Tahun-tahun awal masa anak-anak merupakan periode yang penting untuk belajar bahasa (critical-period). Jika pengenalan bahasa tidak terjadi sebelum masa remaja, maka ketidakmampuan dalam menggunakan tata bahasa yang baik akan dialami seumur hidup. Selain itu, adanya periode penting dalam mempelajari bahasa  bisa dibuktikan salah satunya dari aksen orang dalam berbicara. Menurut teori ini, jika orang berimigrasi setelah berusia 12 tahun kemungkinan akan berbicara bahasa negara yang baru dengan aksen asing pada sisa hidupnya, tetapi kalau orang berimigrasi sebagai anak kecil, aksen akan hilang ketika bahasa baru akan dipelajari.
Ø Evolusi Biologis, berkenaan dengan evolusi biologis, otak, sistem syaraf dan sistem vokal berubah selama beratus-ratus ribu tahun sehingga diperkirakan manusia mendapat bahasa bervariasi selama beribu tahun yang lalu.
Ø Ikatan Bilogis, anak-anak dilahirkan di dunia dilengkapi dengan alat pemerolehan bahasa (language acquisition device=LAD) yaitu ikatan biologis yang memungkinkan anak mendeteksi bahasa tertentu. LAD merupakan suatu kemampuan gramatikal yang dibawa sejak lahir yang mendasari semua bahasa manusia.
Ø Peranan Otak dalam Perkembangan Bahasa, berdasarkan hasil penelitian Gazzaniaga dan Sperry (Santrock & Yussen), proses bahasa itu dikontrol oleh belahan otak sebelah kiri. Jadi apabila seseorang mengalami gangguan otak kiri, dia akan sulit untuk melakukan perkembangan bahasa. Tanya kenapa??? Karena pada otak kiri terdapat suatu area yang bernama “wernick’s area”, fungsinya untuk pemahaman bahasa. Apabila kerusakan otak pada seseorang terjadi pada area ini akan sering timbul ocehan-ocehan atau pembicaraan yang tidak berarti.
Ø Apakah Binatang Memiliki Bahasa?, beberapa binatang mempunyai sistem komunikasi yang menakjubkan dan sederhana, serta komunikasinya adaptif dalam memberikan tanda bahaya, memberikan tanda ada makanan dan memberi tanda karena adanya kebutuhan seksual.
Ø Periode Kritis Belajar Bahasa, pada usia sebelum 12 tahun sangat memungkinkan berkembangnya kemahiran bahsa seseorang. Mengajarkan bahasa pada anak harus dari usia dini, dengan memperhatikan faktor biologis dan faktor lingkungan.
b.      Jenis Kelamin
Anak perempuan lebih baik dalam belajar bahasa daripada anak laki-laki, baik dalam pengucapan, kosa kata, dan tingkat keseringan berbahasa, daripada anak laki-laki.
c.       Kecerdasan
Anak yang memiliki kecerdasan tinggi, akan belajar berbicara lebih cepat dan memiliki penguasaan bahasa yang lebih baik daripada anak yang tingkat kecerdasannya rendah. Belajar bahasa erat kaitannya dengan kemampuan berpikir. Bahasa mengungkapkan apa yang dipikirkan anak.
d.      Keinginan dan dorongan untuk berkomunikasi serta hubungan dengan teman sebaya
Semakin kuat keinginan dan dorongan berkomunikasi dengan orang lain, terutama bermain dengan teman sebaya, akan semakin kuat pula usaha anak untuk berbicara atau berbahasa.
e.       Kepribadian
Anak yang dapat menyesuaikan diri dengan baik cenderung memiliki kemampuan berbicara atau berbahasa lebih baik daripada anak yang mengalami masalah atau kendala dalam penyesuaian diri dan sosial.  Kemampuan berbahasa anak yang memiliki kepribadian dan penyesuaian diri yang baik juga akan lebih baik secara kuantitas (jumlah kata dan keseringan bicara) maupun secara kualitas (ketepatan pengucapan dan isi/topik pembicaraan).
2. Faktor Eksternal
a.      Faktor Kognitif (Pola Asuh)
Individu merupakan satu hal yang tidak bisa dipisahkan pada perkembangan bahasa anak. Para ahli kognitif juga menegaskan bahwa kemampuan anak berbahasa tergantung pada kematangan kognitifnya. Tahap awal perkembangan intelektual anak terjadi dari lahir sampai berumur 2 tahun. Pada masa itu anak mengenal dunianya melalui sensasi yang didapat dari inderanya dan membentuk persepsi mereka akan segala hal yang berada di luar dirinya. Misalnya, sapaan lembut dari ibu/ayah ia dengar dan belaian halus, ia rasakan, kedua hal ini membentuk suatu simbol dalam proses mental  anak. Perekaman sensasi  nonverbal (simbolik) akan berkaitan dengan memori asosiatif yang nantinya akan memunculkan suatu logika. Bahasa simbolik itu merupakan bahasa yang personal dan setiap bayi pertama kali berkomunikasi dengan orang lain menggunakan bahasa simbolik. Sehingga sering terjadi hanya ibu yang mengerti apa yang diinginkan oleh anaknya dengan melihat/mencermati bahasa simbol yang dikeluarkan oleh anak.
Para ahli sepakat bahwa pemerolehan bahasa sangat dipengaruhi oleh penggunaan bahasa sekitar. Dengan kata lain, perjalanan pemerolehan bahasa seorang anak akan sangat bergantung pada lingkungan bahasa anak tersebut (Yudibrata, 1998: 65). Sebelum anak memasuki lingkungan sosial yang lebih luas, masa bermain dan bersekolah, lingkungan keluarga sebaiknya bisa menjadi arena yang menyenangkan bagi proses perkembangan bahasa anak. Rumah adalah sekolah pertama bagi anak, dan orangtua adalah guru pertama yang bisa mengantar anak menuju gerbang pendidikan formal. Sebaik mungkin orangtua membuat kondisi rumah sedemikian rupa agar mampu menghasilkan stimulus positif sebanyak dan sevariatif mungkin. Stimulus yang diberikan orangtua akan terbingkai dalam pola pikir, pola tindak, dan pola ucap anak. Jika orangtua menginginkan anaknya santun berbahasa, maka berikan stimulus yang positif. Setiap aktivitas yang ada dan terjadi di lingkungan rumah merupakan rangkaian dari proses pemerolehan karakter yang sifatnya berkala dan berkesinambungan. Dalam hal ini orangtua berperan sebagai motor penggerak yang memegang kendali pertama dan utama dalam perkembangan bahasa anak melalui (salah satunya) pola asuh yang mendidik.

b.      Lingkungan Luar
Sementara itu, di sisi lain proses penguasaan bahasa tergantung dari stimulus dari lingkungan. Pada umumnya, anak diperkenalkan bahasa sejak awal perkembangan mereka, salah satunya disebut motherse, yaitu cara ibu atau orang dewasa, anak belajar bahasa melalui proses imitasi dan perulangan dari orang-orang disekitarnya.
Pengenalan bahasa yang lebih dini dibutuhkan untuk memperoleh ketrampilan bahasa yang baik. Tiga faktor di atas saling mendukung untuk menghasilkan kemampuan berbahasa maksimal. Orang tua, khususnya, harus memberikan stimulus yang positif pada pengembangan keterampilan bahasa pada anak, seperti berkomunikasi pada anak dengan kata-kata yang baik dan mendidik, berbicara secara halus, dan sebisa mungkin membuat anak merasa nyaman dalam suasana kondusif rumah tangga yang harmonis, rukun, dan damai. Hal tersebut dapat menstimulus anak untuk bisa belajar berkomunikasi dengan baik karena jika anak distimulus secara positif maka akan mungkin untuk anak merespon secara positif pula.

c.       Kesehatan
Anak yang sehat lebih cepat belajar berbicara dibandingkan dengan anak yang kurang sehat atau sering sakit. Hal ini dikarenakan perkembangan aspek motorik dan aspek mental berbicaranya lebih baik sehingga lebih siap untuk belajar berbicara. Motivasi berbahasa didorong oleh keinginan untuk menjadi anggota kelompok sosial dan berkomunikasi dengan anggota kelompok tersebut.

d.      Keluarga (jumlah anggota keluarga, urutan kelahiran, dan metode latihan berbicara)
Semakin banyak jumlah anggota keluarga, akan semakin sering anak mendengar dan berbicara. Demikian juga, anak pertama lebih baik perkembangan berbicaranya karena orang tua lebih banyak mempunyai waktu untuk mengajak dan melatih mereka berbicara.

Beberapa hal yang penting dalam perkembangan bahasa yaitu perubahan kultural dan konteks sosiokultural bahasa, dukungan terhadap bahasa dan pandangan behavioral, diantaranya :

§  Perubahan Kultural dan Konteks Sosiokultural Bahasa
Kekuatan sosial membuat manusia untuk lebih mengembangkan cara berkomunikasi dengan orang lain. Konteks sosiokultural memainkan suatu peranan penting dalam perkembangan bahasa akhir-akhir ini. Vygotsky mengemukakan bahwa peranan orang dewasa sangat penting untuk membantu perkembangan bahasa anak. Brunner juga menekankan bahwa orang dewasa atau orang tua sangat penting unutk mengembangkan komunikasi anak . Jadi, peran orang tua, atau guru dalam perkembangan bahasa anak cukup besar.

§ Dukungan Sosial untuk Perkembangan Bahasa
a) Motherese, cara seorang ibu berkomunikasi dengan bayi, dengan kata-kata dan kalimat yang sederhana. Motherese mempunyai peranan penting dalam mempermudah perkembangan bahasa anak sejak usia dini.
b)  Recastin, membuat frase yang sama dari suatu kalimat dengan cara berbeda.
c)  Echoing, mengulangi apa yang akan dikatakan kepada kita,
d)  Expanding, menyatakan kembali apa yang anak telah katakan kepada kita dengan linguistik yang lebih baik.
Orang tua dan guru merupakan komponen penting dalam perkembangan bahasa anak, karena mereka berperan sebagai model bahasa dan pengoreksi atas kesalahan anak. Kedua teori tersebut tidak dapt diketahui nilai kebenarannya, karena faktor biologis maupun pengalaman saling bekerja sama dalam menghasilkan perkembangan bahasa yang optimal.

0 komentar:

Posting Komentar

bagaimana menurutmu?