*Aljazeera Network dari Qatar pekan ini diguncang berita eksodus staff dan jurnalis yang tidak tahan. Konon akibat begitu banyak kebohongan melansir berita. Khususnya di Libya, Suriah, Bahrain, Saudi. Mereka tidak tahan lagi dengan kebijakan Aljazeera yang menjadi corong propaganda perang, bukannya mewartakan kejadian sesungguhnya. Hal ini kian dirasakan sejak eksekutif Aljazeera Wardah Khandar undur diri digantikan keluarga Emir Qatar. Aljazeera kian menjadi corong ambisi perang Emir Qatar di Timur Tengah. Dunia jurnalisme kehilangan kepercayaan Aljazeera yang menyamakan diri dengan propaganda palsu ala Hollywood yakni CNN, Fox News, BBC.
Rusia Today 12 Maret 2012 melalui Paula Slier mengabarkan bahwa biro
Aljazeera di Bairut mengudurkan diri pekan lalu. Mereka adalah Managing
Director Hassan Shaaban. Ini lanjutan dari undur diri Staff Ali Hashem,
Ghassan ben Jaddo, dan Afshin Rattansi. Alasannya adalah penolakan
Aljazeera menanyangkan video gempuran pembrontak Suriah. Juga menolak
penjagalan pemerintah Bahrain kepada rakyat. Dan penolakan Emir Qatar
atas hasil Referendum Suriah. Sehingga Aljazeera sangat berat sebelah
alias bias.
Perubahan watak Aljazeera dibenarkan oleh aktivis Don Debar, blogger Ted
Rall, pengamat Timur Tengah Tarik Ali. Konon mulai terasa sejak April
2011 ketika Emir Qatar ambil penuh kendali dari profesional Aljazeera.
Perubahan kian mencolok setelah Direktur Aljazeera Wardah Khandar undur
diri September 2011 setelah mengabdi 7 tahun.
Sumber lain mengatakan bahwa perubahan Aljazeera berkat pendekatan
mentri luar negeri Amerika Hillary Clinton. Amerika menghendaki agar
Aljazeera sama seperti corong propaganda perang yakni CNN, BBC, Fox
News. Emir Qatar Syekh Hamad bin Khalifa al Thani konon mengamini. Maka
sejak itu Emir menyerukan perang dan perang sesuai kehendak Amerika.
Veterans Today 14 Maret 2012 dari Amerika melalui Stephen Lendman
mencatat beberapa kejadian penting. Yaitu sejarah Aljazeera yang agresif
menghasut kerusuhan di Libia, Suriah dan Iran. Hal ini sejalan dengan
agenda Amerika-Inggris-Israel. Segala upaya dan ajakan damai ditolak
melalui Aljazeera yang mengutip Emir Qatar.
Celakanya Sekjen dan Utusan PBB ikut terseret menjadi mesin perang.
Mereka hanya menyarankan intervensi asing ke Suriah sebagaimana di
Libia. Tanpa melihat kenyataan melalui berita SANA ribuan rakyat Suriah
di Damaskus dan Itali menolak intervensi asing. Juga menyangkal bukti
bukti gangster asing menyusup ke Suriah atas restu komandan NATO.
TV Global Research dari Kanada membahas masalah yang sama yang diangkat
oleh Rusia Today. Situs situs lain turut membahas. Seperti biasanya
Hanya mainstream media Barat yang tutup mulut.
Sangat disayangkan jaringan TV dan Berita Aljazeera yang menjangkau 50 juta pemirsa hancur reputasi gara-gara melayani ambisi pribadi Emir Qatar yang dikenal pendusta di dunia Arab. Eksodus kali ini adalah rangkaian kutukan kepada Aljazeera yang sering bikin gambar dan video palsu tentang kerusuhan di Libia dan Suriah untuk menghasut perang.
Sangat disayangkan jaringan TV dan Berita Aljazeera yang menjangkau 50 juta pemirsa hancur reputasi gara-gara melayani ambisi pribadi Emir Qatar yang dikenal pendusta di dunia Arab. Eksodus kali ini adalah rangkaian kutukan kepada Aljazeera yang sering bikin gambar dan video palsu tentang kerusuhan di Libia dan Suriah untuk menghasut perang.
Namun perlu diakui Kreatifitas Aljazeera cukup sukses, buktinya hoax
image produksinya diamini ke seluruh dunia. Termasuk di Indonesia yang
hobby menjadi cheerleader penghasut perang dengan kedok HAM.
Sumber: kompasiana
0 komentar:
Posting Komentar
bagaimana menurutmu?