Selasa, 26 Juni 2012

Bohong Soal Suriah dan Libya, Staff Aljazeera Rame-rame Undur Diri

13304346131573396311
Emir Qatar: owner of Aljazeera Network
*Aljazeera Network dari Qatar pekan ini diguncang berita eksodus staff dan jurnalis yang tidak tahan. Konon akibat begitu banyak kebohongan melansir berita. Khususnya di Libya, Suriah, Bahrain, Saudi. Mereka tidak tahan lagi dengan kebijakan Aljazeera yang menjadi corong propaganda perang, bukannya mewartakan kejadian sesungguhnya. Hal ini kian dirasakan sejak eksekutif Aljazeera Wardah Khandar undur diri digantikan keluarga Emir Qatar. Aljazeera kian menjadi corong ambisi perang Emir Qatar di Timur Tengah. Dunia jurnalisme kehilangan kepercayaan Aljazeera yang menyamakan diri dengan propaganda palsu ala Hollywood yakni CNN, Fox News, BBC.

Rusia Today 12 Maret 2012 melalui Paula Slier mengabarkan bahwa biro Aljazeera di Bairut mengudurkan diri pekan lalu. Mereka adalah Managing Director Hassan Shaaban. Ini lanjutan dari undur diri Staff Ali Hashem, Ghassan ben Jaddo, dan Afshin Rattansi. Alasannya adalah penolakan Aljazeera menanyangkan video gempuran pembrontak Suriah. Juga menolak penjagalan pemerintah Bahrain kepada rakyat. Dan penolakan Emir Qatar atas hasil Referendum Suriah. Sehingga Aljazeera sangat berat sebelah alias bias.

Perubahan watak Aljazeera dibenarkan oleh aktivis Don Debar, blogger Ted Rall, pengamat Timur Tengah Tarik Ali. Konon mulai terasa sejak April 2011 ketika Emir Qatar ambil penuh kendali dari profesional Aljazeera. Perubahan kian mencolok setelah Direktur Aljazeera Wardah Khandar undur diri September 2011 setelah mengabdi 7 tahun.

Sumber lain mengatakan bahwa perubahan Aljazeera berkat pendekatan mentri luar negeri Amerika Hillary Clinton. Amerika menghendaki agar Aljazeera sama seperti corong propaganda perang yakni CNN, BBC, Fox News. Emir Qatar Syekh Hamad bin Khalifa al Thani konon mengamini. Maka sejak itu Emir menyerukan perang dan perang sesuai kehendak Amerika.

Veterans Today 14 Maret 2012 dari Amerika melalui Stephen Lendman mencatat beberapa kejadian penting. Yaitu sejarah Aljazeera yang agresif menghasut kerusuhan di Libia, Suriah dan Iran. Hal ini sejalan dengan agenda Amerika-Inggris-Israel. Segala upaya dan ajakan damai ditolak melalui Aljazeera yang mengutip Emir Qatar.

Celakanya Sekjen dan Utusan PBB ikut terseret menjadi mesin perang. Mereka hanya menyarankan intervensi asing ke Suriah sebagaimana di Libia. Tanpa melihat kenyataan melalui berita SANA ribuan rakyat Suriah di Damaskus dan Itali menolak intervensi asing. Juga menyangkal bukti bukti gangster asing menyusup ke Suriah atas restu komandan NATO.

TV Global Research dari Kanada membahas masalah yang sama yang diangkat oleh Rusia Today. Situs situs lain turut membahas. Seperti biasanya Hanya mainstream media Barat yang tutup mulut.
Sangat disayangkan jaringan TV dan Berita Aljazeera yang menjangkau 50 juta pemirsa hancur reputasi gara-gara melayani ambisi pribadi Emir Qatar yang dikenal pendusta di dunia Arab. Eksodus kali ini adalah rangkaian kutukan kepada Aljazeera yang sering bikin gambar dan video palsu tentang kerusuhan di Libia dan Suriah untuk menghasut perang.

Namun perlu diakui Kreatifitas Aljazeera cukup sukses, buktinya hoax image produksinya diamini ke seluruh dunia. Termasuk di Indonesia yang hobby menjadi cheerleader penghasut perang dengan kedok HAM.

Sumber: kompasiana

0 komentar:

Posting Komentar

bagaimana menurutmu?