BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG MASALAH
Intelegensi merupakan satu faktor yang sangat mempengaruhi tingkah laku
seseorang, dan intelegensi dapat di peroleh dari pengalaman. Selain itu faktor
interistik dan eksterinsik sangat mempengaruhi intelek, tetapi intelegensi yang
tinggi tidak menjamin kesuksesan seseorang. Intelegensi bukanlah suatu yang
bersifat kebendaan, melainkan suatu fiksi ilmiah untuk mendiskripsikan perilaku
individu yang berkaitan dengan kemampuan intelektual. Dalam mengartikan
intelegensi (kecerdasan) ini, para ahli mempunyai pengertian yang beragam.
Peran inteligensi dalam proses pendidikan ada yang menganggap demikian
pentingnya sehingga di pandang menentukan dalam hal berhasil dan tidaknya
seseorang dalam hal belajar. Sedang pada sisi lain ada juga yang menganggap
bahwa inteligensi tidak lebih mempengaruhi soal tersebut. Tetapi pada umumnya
orang berpendapat, bahwa inteligensi merupakan salah satu faktor penting yang
ikut menentukan berhasil atau gagalnya belajar seseorang, terlebih-lebih pada
waktu anak masih sangat muda, inteligensi sangat besar pengaruhnya.
B.
RUMUSAN MASALAH
Intelegensi
merupakan faktor yang sangat berperan dalam kehidupan seseorang. Dibawah ini
akan dikemukakan beberapa permasalahan, antara lain:
1. Apa Pengertian Intelegensi?
2. Apa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intelegensi?
3. Apa Saja Tes Intelegensi dan Gangguan Intelegensi?
4. Bagaimana Hubungan Intelegesi Dengan Tingkah Laku (Remaja)?
5. Bagaimana Hubungan Intelegesi Dengan Kehidupan Seseorang?
6. Apa Usaha Untuk Membantu Mengembangkan Intelek Remaja?
1. Apa Pengertian Intelegensi?
2. Apa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intelegensi?
3. Apa Saja Tes Intelegensi dan Gangguan Intelegensi?
4. Bagaimana Hubungan Intelegesi Dengan Tingkah Laku (Remaja)?
5. Bagaimana Hubungan Intelegesi Dengan Kehidupan Seseorang?
6. Apa Usaha Untuk Membantu Mengembangkan Intelek Remaja?
7. Bagaimana Hubungan Intelegensi
dan Kreativitas?
8. Bagaimana Fungsi Otak Kanan,
Otak Kiri, dan Otak Tengah?
C.
TUJUAN
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui apa pengertian dari
intelegensi, faktor-faktor yang mempengaruhinya, hubungan dengan kehidupan, perbedaan kemampuan intelek, dan lain-lain. Selain itu agar dapat bermanfaat bagi pembelajaran dalam kehidupan kita.
intelegensi, faktor-faktor yang mempengaruhinya, hubungan dengan kehidupan, perbedaan kemampuan intelek, dan lain-lain. Selain itu agar dapat bermanfaat bagi pembelajaran dalam kehidupan kita.
BAB II
TEORI PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN INTELEGENSI
Menurut kamus Webster New World Dictionary Of
America Leaguage,intelgensi berarti: kecakapan untuk berfikir mengamati atau
mengarti, kecakapan untuk mengamati hubungan-hubungan, perbedaan-perbedaan, dan
lain-lain.
Menurut super dan cites.
Intelegensi adalah
kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan atau belajar dari pengalaman.
Menurut Garret (1946).
Intelegensi adalah
kemampuan yang diperlukan untuk pemecahan masalah-masalah yang memerlukan
pengertian serta menggunakan symbol-simbol.
Menurut William Stern.
Intelegensi
merupakan suatu kemampuan untuk menyesuaikan diri pada tuntutan baru dibantu
dengan penggunaan fungsi berfikir.
Menurut Wachler (1958).I
Intelegensi adalah keseluruhan kemampuan
individu untuk berfikir dan bertindak secara terarah serta kemampuan mengolah
dan manguasai lingkungan secara efektif.
Menurut Singgih Gunarsa.
Intelegensi
adalah suatu kumpulan kemampuan seseorang yang memungkinkan memperoleh ilmu
pengetehuan dan mengamalkan ilmu tersebut dalam hubunganya dengan linkungan dan
masalah-masalah yang timbul.
Jadi,
dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa intelegensi adalah
kemampuan mental yang menggambarkan
kecakapan berfikir dengan mengguankan pengertian atau sikap dalam memecahkan
masalah yang dapat diperoleh dari pengalaman (lingkungan).
B.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTELEGENSI
1.
Heriditor (pembawaan) ialah segala kesanggupan kita
yang telah kita bawa sejak lahir dan tidak sama pada tiap orang.
2.
Kematangan, menyangkut pertumbuhan jiwa dan fisik
berkembang telah mencapai puncaknya karena dipengaruhi faktor internal. Dan
arus disadari bahwa kematangan berhubungan erat dengan umur.
3. Pembentukan
yaitu perkembangan individu yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Dapat kita
bedakan pembentukan sengaja (seperti yang dilakukan di sekolah-sekolah) dan
pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam sekitar).
4. Minat,
inilah yang merupakan motor penggerak dari inteligensi kita. Dalam arti
manusia terdapat dorongan-dorongan (motif-motif) yang mendorong manusia untuk
berinteraksi, menggunakan, menyelidik dunia luar. Dari manipulasi dan
eksplorasi yang dilakukan terhadapdunia luar itu, lama kelamaan timbullah minat
terhadap sesuatu.
5. Kebebasan,
berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu dalam
memecahkan masalah-masalah. Manusia mempunyai kebebasan memilih masalah sesuai
dengan kebutuhanya. Dengan adanya kebebasan ini berarti bahwa minat itu tidak
selamaya menjadi syarat dalam perbuatan intelegensi.
Kelima faktor diatas
saling mempengaruhi dan saling terkait satu dengan yang lainnya. Jadi, untuk
menentukan kecerdasan seseorang, tidak dapat hanya berpedoman atau berpatokan
kepada salah satu faktor saja.
C. TES
INTELEGENSI
Tes
intelegensi ditemukan oleh Alfred Binet dan asistennya Simon. Pada tahun
1908-1911 tes ini dinamakan sebagai Chelle Matrique De Intellegence atau skala
pengukur kecerdasan. Tes Binet-Simon terdiri dari sekumpulan pertanyaan yang
telah di kelompokkan menurut umur (untuk anak umur 3-15 tahun),
pertanyaan-pertanyaan ini sengaja di buat mengenai skala sesuatu yang tidak
berhubungan dengan pelajaran di sekolah. Seperti:
1. Mengulang kalimat-kalimat yang pendek atau panjang,
2. Mengulang deretan angk-angka,
3. Mamperbandingkan berat timbangan,
4. Menceritakan isi gambar-gambar,
5. Menyebut nama bermacam-macam warna,
6. Menyebut harga mata uang,
7. Dan lain sebagainya.
1. Mengulang kalimat-kalimat yang pendek atau panjang,
2. Mengulang deretan angk-angka,
3. Mamperbandingkan berat timbangan,
4. Menceritakan isi gambar-gambar,
5. Menyebut nama bermacam-macam warna,
6. Menyebut harga mata uang,
7. Dan lain sebagainya.
Dengan
menggunakan hasil pengukuran test inteligensi yang mencakup general (Infomation
and Verbal Analogies, Jones and Conrad (Loree, 1970 : 78) telah mengembangkan
sebuah kurva perkembangan Inteligensi, yang dapat di tafsirkan anatara lain
sebagai berikut :
1.
Laju perkembangan Inteligensi pada masa anak-anak
berlangsung sangat pesat.2
2.
Terdapat variasi
dalam saatnya dan laju kecepatan deklinasi menurut jenis-jenis
kecakapan
khusus tertentu (Juntika N, 137-138).
Bloom
(1964) melukiskan berdasarkan hasil studi longitudinal, bahwa dengan berpatokan
kepada hasil test IQ dari masa-masa sebelumnya yang di tempuh oleh subyek yang
sama, kita akan dapat melihat perkembangan prosentase taraf kematangan dan
kemamppuannya sebagai berikut:
a. Usia 1 tahun
berkembang sampai sekitar 20%-nya
b. Usia 4 tahun sekitar 50%-nya
c. Usia 8 tahun sekitar 80%-nya
d. Usia 13 tahun sekitar 92%-nya
Hasil studi Bloom ini tampaknya (1952; 150 dan Loree 91970) : 79) juga menugaskan bahwa laju perkembangan IQ itu bersifat proposional.
Dalam dunia pendidikan dan pengajaran masalah inteligensi merupakan salah satu masalah pokok karenanya tidak mengherankan kalau masalah tersebut banyak di kupas orang, baik secara khusus maupun secara sambil lalu dalam pertautan dengan pengupasan yang lain.
b. Usia 4 tahun sekitar 50%-nya
c. Usia 8 tahun sekitar 80%-nya
d. Usia 13 tahun sekitar 92%-nya
Hasil studi Bloom ini tampaknya (1952; 150 dan Loree 91970) : 79) juga menugaskan bahwa laju perkembangan IQ itu bersifat proposional.
Dalam dunia pendidikan dan pengajaran masalah inteligensi merupakan salah satu masalah pokok karenanya tidak mengherankan kalau masalah tersebut banyak di kupas orang, baik secara khusus maupun secara sambil lalu dalam pertautan dengan pengupasan yang lain.
Tentang peran inteligensi itu dalam proses pendidikan ada
yang menganggap demikian pentingnya sehingga di pandang menentukan dalam hal
berhasil dan tidaknya seseorang dalam hal belajar. Sedang pada sisi lain ada
juga yang menganggap bahwa inteligensi tidak lebih mempengaruhi soal tersebut.
Tetapi pada umumnya orang berpendapat, bahwa inteligensi merupakan salah satu
faktor penting yang ikut menentukan berhasil atau gagalnya belajar seseorang. Terlebih-lebih
pada waktu anak masih sangat muda, inteligensi sangat besar pengaruhnya.
Gangguan Inteligensi dan Penyebab Retardasi
Pengertian retardasi
mental ialah keadaan dengan inteligensi kurang (abnormal) sejak masa
perkembangan (sejak lahir atau sejak masa kanak-kanak) atau keadaan kekurangan
inteligensi (kecerdasan) sehingga daya guna sosial dan dalam pekerjaan
seseorang menjadi terganggu. Penyebab retardasi adalah:
- Retardasi mental primer ialah kemungkinan faktor keturunan dan kemungkinan tidak diketahui
- Retardasi mental sekunder ialah faktor WAR yang diketahui dan mempengaruhi otak misalnya: infeksi, gangguan metabolisme, kekurangan gizi, prematurotas, gangguan jiwa berat, kelainan kromoson, penyakit otak.
Tanda-tanda retordasi mental
- Tahap kecerdasan (IQ) sangat rendah.
- Daya ingat lemah.
- Tidak mampu mengurus dirinya sendiri.
- Minat hanya mengenal pada hal sederhana.
- Perhatiannya mudah berpindah pindah (labil).
- Miskin dan keterbatasan emosi (takut, marah, benci, senang dan terkejut).
- Kelamin jasmani yang khas.
Tingkat Kecerdasan
- Jenius dengan tingkatan IQ lebih dari 140
- Sangat superior dengan tingkatan IQ 130-139
- Superior dengan tingaktan IQ 120-129
- Cerdas dengan tingkatan IQ 110-119
- Normal tinggi dengan tingkatan IQ 100-109
- Normal rendah dengan tingkatan IQ 80-89
- Interior dengan tingaktan IQ 70-79
- Moron dengan tingaktan IQ 50-69
- Feembleminded dengan tingaktan IQ 60-79
- Imbelice dengan tingkatan IQ 20-40
- Idiot dengan tingkatan IQ kurang dari 20
D. HUBUNGAN
INTELEGENSI DENGAN TINGKAH LAKU (REMAJA)
Pikiran remaja sering dipenuhi oleh ide-ide dan teori-teori
yang menyebabkan sikap kritis terhadap situasi dan orang tua. Setiap pendapat
orang tua dibandingkan dengan teori yang diikuti atau diharapkan. Sikap kritis
ini juga ditunjukan dalam hal-hal yang sudah umum baginya pada masa sebelumnya,
sehingga tata cara, dan adat istiadat yang berlaku dilingkungan keluarga sering
terasa terjadi atau ada pertentangan dengan sikap kritis yang tampak pada
perilakunya.
Kemampuan abstraksi mempermasalahakan kenyataan dan peristiwa-peristiwa
dengan keadaan bagai mana yang semestinya menurut alam pikirannya. Yang
akhirnya dapat menimbulkan perasaan tidak puas dan putus asa. Disamping itu
pengaruh egosentris masih terlihat pada pikirannya. Cita cita dan idealisme
yang baik, terlalu menitik beratkan pikiran sendiri tanpa memikirkan akibat
lebih jauh tanpa memperhitungkan kesulitan praktis yang mungkin menyebabkan
ketidakberhasilan menyelesaikan persoalan. Kemampuan berpikir dengan pendapat
sendiri, belum disertai pendapat orang lain dalam penilaiannya. Pendapat dan
penilaian diri sendiri dianggap sama dengan pandangan orang lain mengenai
dirinya. Egosentrisme inilah yang menyebabkan “kekuatan” para remaja dalam cara
befikir maupun bertingkah laku. Dan hal ini pula yang menimmbulkan perasaan
“seperti” selalu diamati orang lain, perasaan malu dan membatasi
gerak-geriknya. Akibat dari hal ini akan terlihat pada tinggkah laku yang kaku.
E. HUBUNGAN
INTETELEGENSI DENGAN KEHIDUPAN SESEORANG
Intelegensi sangat berperan penting dalam kehidupan seseorang
akan tetapi intelegensi bukan satu-satunya faktor yang menentukan sukses
tidaknya seseorang, banyak lagi faktor lain. Faktor kesehatan dan ada tidaknya
kesempatan, tidak dapat kita abaikan. Orang yang sakit-sakitan saja meskipun
intelegensinya tinggi dapat gagal dalam usaha mengembangkan dirinya dalam
kehidupannya. Demikian pula meskipun cerdas jika tidak ada kesempatan
mengembangkan dirinya dapat pula gagal. Juga watak (pribadi) seseorang amat
berpengaruh dan turut menentukan. Banyak diantara orang yang memiliki
intelegensi yang tinggi tetapi tidak mendapat kemajuan dalam kehidupanya. Ini
disebabkan misalnya, kurang kemampuan bergaul dengan orang-orang lain dalam
masyarakat.
Sebaliknya ada pula orang yang sebenarnya memiliki
intelegensi yang sedang saja, dapat lebih maju dan mendapat kehidupan yang
lebih layak berkat ketekunan dan keuletanya dan tidak banyak faktor-faktor yang
menggangu atau yang merintanginya. Akan tetapi intelegensi yang rendah
menghambat pula usaha seseorang untuk maju dan berkembang, meskipun orag itu
ulet dan bertekun dalam usahanya.
Jadi, intelegensi seseorang memberikan kemungkinan untuk
bergerak dan berkembang dalam bidang tertentu dalam kehidipanya. Sampai dimana
kemungkinan tadi dapat direalisasikan, tergantung pula pada kehendak dan
pribadi serta kesempatan yang ada.
F.
USAHA UNTUK MEMBANTU MENGEMBANGKAN INTELEGANSI REMAJA
Menurut Piaget sebagian besar usia remaja
mampu memahami konsep-konsep abstrak dalam batas-batas tertentu. Guru dapat
membantu mereka melakukan hal ini dengan selalu menggunakan pendekatan
keterampilan proses (discovery approach) dan dengan memberi penekanan pada
penguasaan konsep-konsep dan abstraksi-abstraksi.
Karena siswa usia
remaja ini masih dalam proses penyempurnaan penalaran, kita hendaknya tidak
mempunyai anggapan bahwa mereka berpikir dengan cara yang sama dengan kita.
Kita hendaknya tetap waspada terhadap bagaimana para siswa mengiterpretasi
ide-ide mereka dalam kelas, dengan memberikan kesempatan-kesempatan untuk
mengdakan diskusi-diskusi secara baik dan dengan memberikan tugas-tugas
penulisan makalah.
Pada usia ini para
remaja mendekati efesiensi intelektual yang maksimal, tetapi kurangnya
pengalaman membatasi pengetahuan mereka dan kecakapan untuk memanfaatkan yang
diketahui. Karena itu pada tingkat ini diperlukan metode diskusi dan informasi
untuk menentukan kedalaman pengertian siswa. Apabila guru dihadapkan pada
perbedaan-perbedaan interpretasi tentang konsep-konsep yang abstrak, guru
hendaknya menjelaskan konsep-konsep tersebut dengan sabar, simpatik dan dengan
hati terbuka serta memotifasi siswa bukan dengan jalan marah-marah atau tidak
bisa menerima kesalahan siswa.
G.
HUBUNGAN INTELEGENSI DAN KREATIVITAS
Berkembangnya
kreativitas karena dipengaruhi faktor dominan inteligensi. Orang yang kreatif umumnya
memiliki inteligensi yang tinggi atau orang yang inteligensinya tinggi pada
umumnya memiliki kreativitas yang tinggi pula. Sehingga dapat dikatakan bahwa
antara kreativitas dan inteligensi itu memiliki hubungan yang sangat erat.
Faktor yang mempengaruhinya adalah:
1.
Intrinsik : inteligensi, bakat, minat, kepribadian, dan
perasaan
2. Ekstrinsik
: adat istiadat, sosial budaya, pendidikan dan lingkungan
H.
FUNGSI OTAK KANAN, KIRI, DAN TENGAH
Penelitian yang dilakukan oleh para ahli tentang
otak manusia telah menemukan fungsi dan kerja dari masing-masing otak yang
terdapat pada manusia.
1. Otak
kiri seringkali di hubungkan dengan IQ (Intelligence Quotient). IQ ini meliputi
kemampuan untuk perhitungan, memformulasikan pembicaraan, membaca, menulis,
logika dan analisa. Pendidikan tinggi di dunia sekarang ini banyak
berkonsentrasi pada bagian otak kiri ini.
2.
Otak kanan biasanya berasosiasi dengan kecerdasan
emosional (EQ, Emotion Quotient). Otak kanan ini mengembangkan sisi
personalitas, kreatifitas, intuisi, kemampuan penerapan, kemampuan panggung,
dan seni.
3.
Otak tengah jembatan yang menghubungkan dan
menyeimbangkan fungsi otak kiri dan kanan.
BAB III
KASUS-KASUS/PROBLEM
& PENYELESAINYA
1. Kecerdasan yang merusak
Salah satu
permasalahan terbesar bangsa ini adalah terjadinya krisis moral dan spiritual
yang telah melanda masyarakat Indonesia. Tidak dapat dipungkiri, bahwa moral,
akhlak dan etika berbangsa dirasakan makin turun, yang membawa pengaruh
terhadap tata kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Para penyelenggara
negara, penyelenggara pemerintahan, yang seharusnya berperan meningkatkan
kesejahteraan rakyat dan menumbuhkan rasa keadilan masyarakat, justru banyak
terseret dalam persoalan korupsi. Persoalan ini semakin sulit terselesaikan
karena dalam praktek pada umumnya, korupsi dilakukan secara bersama-sama
(berjamaah). Praktek korupsi bahkan juga melibatkan sejumlah aparat penegak
hukum yang seharusnya menjadi benteng keadilan. Tidak kalah menyedihkan, dunia
pendidikan yang dianggap sebagai kunci untuk mencerdaskan anak bangsa, baik
secara intelegensi, emosi maupun spiritual, pada kenyataannya justru ikut
dilanda krisis moral. Kasus plagiarisme di sejumlah perguruan tinggi, kasus
joki pada saat Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri, serta kasus
contek massal di beberapa daerah pada saat Ujian Nasional merupakan fakta mengerikan,
yang tidak bisa dihilangkan dalam ingatan masyarakat.
Penyelesaian
Beberapa kasus
diatas merupakan gambaran mengenai kehidupan bangsa kita yang miskin spiritual
dan moral. Perilaku korupsi, sebenarnya adalah salah satu bentuk pengingkaran
terhadap aturan dan merupakan perilaku yang tidak didasari oleh nilai-nilai
kejujuran dan moral. Perilaku korupsi yang marak di masyarakat kita,
sesungguhnya adalah perilaku yang membutuhkan “kecerdasan tersediri”, yaitu
kecerdasan untuk bertindak tidak jujur dan berbohong. Dengan demikian, korupsi
yang banyak terjadi saat ini, sesungguhnya banyak dilakukan oleh orang-orang
yang terdidik dan memiliki intelegensia atau kecerdasan tinggi disatu sisi.
Namun, karena rendahnya moral dan tumpulnya nilai-nilai spiritual yang
dimilikinya, membawa perilaku orang-orang terdidik dan beritelegensia tinggi
tersebut, mengarah pada perilaku koruptif dan merusak.
Jika kita menilai
kondisi masyarakat saat ini, tentu tidak lepas dari pendidikan yang berlangsung
pada masa lalu. Singkatnya, perikalu korupsi yang terjadi saat ini adalah
produk dari pendidikan masa lalu yang salah. Pendidikan yang hanya berbasis
pada pengembangan intelektual tanpa pengembangan nilai-nilai spiritual dan
keseimbangan emosional, merupakan metode pendidikan yang perlu dikoreksi.
Sebab, intelegensia tinggi tanpa diimbangi dengan nilai-nilai spiritual dan
keseimbangan emosional, tidak akan menghasilkan kecerdasan sosial yang
diharapkan. Banyak orang terlalu mendambakan materi, menjadikan mereka egois,
sehingga tidak lagi peduli pada komitmen dan seringkali kehilangan makna atas
apa yang mereka kerjakan, dan bahkan kehilangan rasa solidaritas untuk
masyarakat sekitarnya sekalipun.
Adapun kecerdasan
spiritual merupakan landasan yang memfungsikan intelegensi dan kecerdasan
emosional secara efektif. Kecerdasan spiritual berkaitan dengan makna,
motivasi, etika dan tujuan hidup setiap individu. Kecerdasan spiritual
menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks makna yang lebih luas dan
kaya, menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna
dibandingkan dengan yang lain. Kecerdasan spiritual menjadikan manusia
benar-benar utuh secara intelektual, emosional, dan spiritual. Dari sini akan
lahir kecerdasan seseorang yang mengagungkan kebersamaan dan yang mampu
memaknai hidup dengan sebaik-baiknya. Jika ketiga kecerdasan yaitu kecerdasan
intelegensi, kecerdasan emosional serta kecerdasan spiritual dikelola dengan
baik, maka akan lahir manusia Indonesia yang mengetahui untuk apa ia
diciptakan, apa tujuan hidupnya, dan kepada siapa perilaku selama hidupnya
dipertanggungjawabkan. Inteligensi seperti layaknya teknologi, semakin canggih
teknologi akan menjadi senjata yang mematikan bila berada di tangan yang salah.
Intinya kecerdasan intelegensi haruslah diimbangi dengan kecerdasan emosional
serta kecerdasan spiritual sehingga tidak menjadi kecerdasan yang
"MERUSAK"
2. Nilai akademik anak tiba-tiba jadi jelek.
Orang tua pasti
bertanya-tanya ketika mendapati nilai akademik si kecil tiba-tiba jelek. Padahal
ketika belajar di rumah tidak ada masalah. Di tempat les, diberi latihan soal
berhasil diselesaikan semua, mengerjakan soal yang lebih sulit dari soal
ulangan bisa, malam hari sebelum ulangan berlangsung pun belajar, tapi kenapa
ketika ulangan/tes tidak bisa mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru?
Kalau sudah
begitu, jangan heran jika nilai yang diraihnya merah alias tidak memuaskan.
Penasaran apa yang jadi penyebabnya, berikut penjelasan dari Fabiola Priscilla
Setiawan, Mp.Si., psikolog anak sekaligus staf pengajar di Fakultas Psikologi
Universitas Atmajaya, Jakarta.
Penyelesaian
Dapat mengerjakan
semua soal yang diberikan baik di rumah atau di tempat les bukanlah jaminan
untuk dapat mengerjakan soal yang diberikan kepada anak di sekolah. Tentu semua
ini semua disebabkan oleh banyak faktor. Mungkin saja hal tersebut dikarenakan
situasi di rumah atau tempat les lebih nyaman dirasakan anak. Di kedua tempat
tersebut dia tidak merasa dituntut, dapat lebih cepat menangkap apa yang
diajarkan dan menjawab pertanyaan dengan benar. Artinya, anak menjadi lebih
rileks. Sementara di sekolah, ada keharusan untuk lulus atau mendapatkan nilai
yang baik, sehingga membuat anak merasa tertekan. Hal ini dapat memengaruhi
anak untuk mengerjakan soal dengan optimal.
Bagi orang tua
sebaiknya tahan amarah dan jangan langsung menghukum anak. Sebaiknya rangkul
anak dan ajak dia berbicara dari hati ke hati, apa yang membuat dia mendapatkan
nilai di bawah kemampuannya. Jadilah pendengar yang baik sehingga tidak
menghakimi atau melabel anak sebagai anak yang malas, tidak pintar dan
sebagainya.
Dalam hal ini
terbukti kalau intelegensi sangat dipengaruhi oleh pembentukan yaitu
perkembangan individu yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Dapat kita
bedakan pembentukan sengaja (seperti yang dilakukan di sekolah-sekolah) dan
pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam sekitar).
3. Kecerdasan emosi anak
Banyak
manusia yang dikaruniai kecerdasan hebat. Sayangnya, tak sedikit juga
orang-orang yang memiliki kecerdasan inteligensi tapi tidak diimbangi dengan
kecerdasan emosinya. Seperti sosok Adolf Hitler yang konon seorang jenius, tapi
kejeniusannya itu ternyata malah menjadi bencana bagi kemanusiaan. Secara
sederhana bisa disebut bahwa Hitler adalah seorang yang jenius tanpa memiliki kecerdasan
emosi, sehingga apa yang dilakukan Hitler hingga saat ini dikenang oleh banyak
orang sebagai suatu kejahatan.
Kecerdasan
emosi (emotional quotient/EQ) adalah kemampuan, kapasitas atau keterampilan
seseorang untuk dapat menerima, mengukur dan mengatur emosi dirinya sendiri,
orang lain atau bahkan kelompok sehingga memudahkannya berinteraksi
sehari-hari.
Anak yang
tidak diberi ruang untuk berkembang secara emosi dapat tumbuh menjadi pribadi
yang sulit. Hal tersebut dapat terbawa terus hingga memasuki masa dewasanya.
Pertumbuhan dan perkembangan jiwa dan fisik yang harmonis menjadi cikal bakal
pribadi anak yang sehat yang sangat dibutuhkan saat mereka tumbuh dewasa nanti.
Ada 4 aspek dalam kecerdasan
emosi yaitu :
1. kesadaran diri,
2. kemampuan untuk mengelola diri,
3. kesadaran sosial dan
4. kemampuan untuk mengelola interaksi dengan lingkungan sosial.
1. kesadaran diri,
2. kemampuan untuk mengelola diri,
3. kesadaran sosial dan
4. kemampuan untuk mengelola interaksi dengan lingkungan sosial.
Peran orang
tua sangat penting untuk menjadi panutan atau role model dalam memperkenalkan
konsep kecerdasan emosi anak. Cerdas emosi bukan hanya kewajiban anak seorang
diri. Peran aktif orang tua sangat penting dalam proses perkembangan kecerdasan
emosi anak. Cerdas emosi merupakan proses timbal balik dengan lingkungannya
serta pembelajaran yang diperoleh anak dari aktifitas sehari-hari.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Intelegensi
adalah kemampuan mental yang menggambarkan kecakapan berfikir dengan menggunakan pengertian atau sikap dalam
memecahkan masalah yang dapat diperoleh dari pengalaman (lingkungan).
2. Faktor-faktor
yang mempengaruhi intelegensi adalah:
·
Heriditor (pembawaan)
·
Kematangan
·
Pembentukan
·
Minat
·
Kebebasan
3. Tes
intelegensi dilakukan untuk mengetahui tingkat kecerdasan seseorang.
4. Pada
usia remaja mendekati efesiensi intelektual yang maksimal tetapi kurangnya
pengalaman membatasi intelegensi mereka.
5. Intelegensi
bukanlah tingkat pengukuran untuk kesuksesan seseorang.
6. Kreativitas
merupakan perwujudan dari intelegensi yang tinggi.
7. Peran
intelegensi di anggap penting dalam dunia pendidikan.
B. SARAN
1. Disarankan
kepada penyelenggara pendidikan bahwa sangat diperlukannya intelegensi dalam
dunia pendidikan.
2. Disarankan
kepada orangtua untuk lebih mengasah intelegensi anak dengan lebih baik dan
dengan cara yang benar.
3. Disarankan
kepada para pembaca untuk menggunakan intelegensi yang telah dengan
sebaik-baiknya tanpa merugikan orang lain.
0 komentar:
Posting Komentar
bagaimana menurutmu?