Sabtu, 09 Juni 2012

KONSEP DASAR SOSIOLOGI


INTISARI MODUL 7
KONSEP DASAR SOSIOLOGI

A.   Kegiatan Belajar 1 (Konsep Individu, Kelompok, dan Masyarakat)
1.    Konsep Individu (hal 7.3 – 7.5)
Individu menunjuk pada pribadi dan menurut ilmu sosiologi individu adalah subjek yang melakukan sesuatu, punya pikiran, kehendak, kebebasan, member arti pada sesuatu dan mampu menilai tindakan dan hasil tindakannya sendiri.
Manusia adalah Zoon Politicon; makhluk yang selalu hidup dalam bermasyarakat (Aristoteles).  Manusia itu harus hidup bermasyarakat (Ibnu Khaldun).
Individu berasal dari kata in-divere;tidak dapat dibagi-bagikan/manusia yang berdiri sendiri, manusia perorangan.  Manusia ada 2 bagian yaitu; fisik/konkret dan nonfisik/abstrak.
2.    Kelompok dan Masyarakat (hal 7.5-7.16)
Masyarakat adalah golongan besar/kecil teridiri dari beberapa manusia yang dengan atau karena sendirinya bertalian secara golongan dan saling mempengaruhi satu sama lain.
a.    Individu sebagai makhluk social
Manusia adalah individu yang tidak dapat melepaskan diri dari hubungan dengan sesame manusia dalam menjalani kehidupannya.  Naluri manusia untuk selalu hidup dengan yang lainnya disebut sebagai “gregariousness”. Oleh karena itu manusia disebut juga “social animal” yaitu hewan social yang mempunyai naluri untuk senantiasa hidup bersama.
b.    Kelompok social
Kelompok terbentuk melalui proses interaksi dan proses social. Menurut Soekarno (1982:111), persyaratan kelompok social:
1)  Adanya kesadaran dari anggota kelompok tersebut bahwa ia merupakan bagian dari kelompok yang bersangkutan.
2)  Adanya hubungan timbale balik antara anggota yang satu dengan lainnya.
3)  Adanya suatu factor yang dimiliki bersama oleh anggota kelompok yang bersangkutan yang merupakan unsure  pengikat atau pemersat (Nasib, kepentingan, tujuan atau ideology).
4)  Berstruktur;berkaidah dan mempunyai pola perilaku.
Proses penyesuaian diri yang dilakukan individu dalam kelompoknya menjurus ke proses sosialisasi dimana menurut Buhler disebut sebagai proses yang membantu individu-individu melalu belajar dan penyesuaian diri-bagaimana cara hidup dan berpikir kelompoknya agar dapat berperan serta berfungsi bagi kelompoknya.
c.    Macam-macam kelompok social
1)    Klasifikasi tipe kelompok social
Mac Iver dan Page; penggolongan kelompok social dapat dibedakan berdasarkan jumlah anggota individunya (monad, dyad, triad), derajat interaksi sosialnya, kepentingan dan wilayah serta ukuran derajat organisasi,
2)    Kelompok social dipandang dari sudut individu
Dapat dilihat dari keterlibatan individu dengan kelompok social dimana ia tinggal (masyarakat sederhana/kompleks).  Ada derajat dan arti tertentu bagi individu-individu sehubungan dengan kenaggotaanny dalam kelompok social.
3)    In Group dan Out Group
Konsep ini merupakan pencerminan dari adanya kecenderungan sikap “etnocentrisme” dari individu-individu dalam proses sosialisasidengan kelompoknya. Sikap in group biasanya didasari oleh perasaan simpati dan out grup didasari antipasti/antagonism.
4)    Primary Group dan Secondary Group
Coorley menyatakan primary groups adalah kelompok-kelompok yang ditandai cirri-ciri mengenal antara anggotanya serta kerja sama yang erat yang bersifat pribadi. Selo Soemarjan menyatakan bahwa primary group merupkan kelompok kecil yang permanen berdasarkan saling mengenal secara pribadi diantara anggotanya.
Rouceck dan Warren menyatakan bahwa secondary group sebagai kelompok-kelompok besar yang terdiri dari banyak orang antara siapa dan hubungannya tak perlu berdasarkan saling kenal secara pribadi dan sifatnya tidak begitu langgeng.
5)    Gemeinschaft dan Gesselschaft
Tonnies dan Loomis menyatakan bahwa gemeinschaft adalah bentuk kehidupan bersama dimana anggotanya diikat oleh hubungan batin yang bersifat alami dan dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta, kesatuan batin yang telah dikodratkan (keluarga, kelompok kekerabatan, rukun tetangga).
Gesselschaft kebalikan dari gemeinschaft; ikatan yang lahir bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek, bersifat imajiner dan strukturnya bersifat mekanis seperti sebuah mesin (ikatan antar pedagang, organisasi dalam suatu pabrik/industry)
Ciri-ciri Gemeinschaft menurut Tonnies;
a)    Intimate: hubungan menyeluruh yang mesra sekali
b)    Private: hubungan yang bersifat pribadi khusus untuk beberapa orang saja
c)    Exlusive: hubungan yang terjadi hanya untuk “kita” saja dan tidak untuk orang diluar “kita”
3 tipe gemeinschaft menurut Tonnies:
a)    Gemeinschaft by blood: berdasarkan keturunan/darah (keluarga, kekerabatan)
b)    Gemeinschaft of place: berdasarkan kedekatan tempat tinggal (RT, RW)
c)    Gemeinschaft  of mind: berdasarkan kesamaan ideology.
6)    Formal Group dan informal Group
Formal group/association merupakan kelompok yang mempunyai peraturan yang tegas yang diciptakan untuk mengatur hubungan antar anggotanya (perkumpulan pelajar, himpunan wanita, persatuan sarjana)
Informal group tidak mempunyai struktur dan organisasi yang pasti.
7)    Kelompok-kelompok social yang tidak teratur
Kelompok social yang tidak teratur dapat digolongkan menjadi 2 : kerumunan dan politik.
a)    Kerumunan/Crowd
Suatu kelompok manusia yang bersifat sementara, tidak terorganisir, dan tidak mempunyai seorang pemimpin.
Cirri; interaksi bersifat spontan, orang dalam kerumunan mempunyai kedudukan yang sama.
Beberapa macam kerumunan: kerumunan formal, kerumunan ekspresif, kerumunan sementara, kerumunan orang panic, kerumunan penonton, kerumunan yang berlawanan dengan hukum.
b)    Publik
Merupkan kelompok yang tidak merupakan kesatuan.  Setiap aksi public dipengaruhi oleh keinginan individu.
8)    Masyarakat pedesaan (rural Community) dan masyarakat perkotaan
1)    Masyarakat setempat (community komunitas), cirri utamaya adalah social relationship antar anggotanya.
2)    Masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan
Ciri menonjol masyarakat pedesaan dan perkotaan menurut Soekanto:
a)    Kehidupan keagamaan: Desa mengarah ke agamis, kota lebih ke sekuler.
b)    Kemandirian, di desa orang kurang berani menghadapi orang lain dengan latar belakang berbeda.
c)    Pembagian kerja, kota pembagian kerja lebih tegas dan jelas
d)    Jalan Pikiran; kota memiliki pola piker rasional
e)    Perubahan social; kota memungkinkan perubahan social lebih berguna dibanding  warga desa karena masyarakat perkotaan lebih terbuka bagi adanya perubahan.

B.   Kegiatan Belajar 2 (Interaksi Sosial, Pranata dan Struktur Sosial)
1.    Interaksi Sosial (hal 7.21-7.23)
Interaksi adalah suatu proses dimana orang yang berkomunikasi saling mempengaruhi sehingga masuk dalam pikiran dan tindakan dan menimbulkan timbale balik antara orang yang satu dengan yag lainnya.
Unsur-unsur masyarakat menurut Soerjono Sukanto:
a.    Manusia hidup bersama. Tidak ada ukuran mutlak seseorang berinteraksi, minimal dua orang hidup bersama yang akan terbentuk interaksi.
b.    Bercampur untuk waktu yang cukup lama. Dalam suatu kumpulan manusia tidaklah mempunyai pemikiran yang sama, akan tetapi mereka mempunyai keinginan-keinginan untuk menyampaikan kesan atau perasaan yang berbeda sehingga timbullah system komunikasi dan timbul pula peraturan yang mengantar hubungan antar manusia dalam kelompok tersebut.
c.    Mereka merupakan satu kesatuan
d.    Mereka merupakan suatu system hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan karena setiap anggota atau kelompok merasa dirinya terikat satu dengan yang lainnya.
Terdapat empat unsur pokok tentang pengertian masyarakat, yaitu:
a.     Kebiasaan bersama yang mempunyai tujuan
Setiap individu memerlukan orang lain untuk kepentingan bersama sehingga tercapai hidup sejahtera dan bahagia.
b.     Ada hubungan interaksi
Interaksi antara kelompok manusia yang satu dengan kelompok manusia lainnya yang bertujuan menginginkan hidup bersama dengan orang lain disebabkan karena ia perlu berkomunikasi, berinteraksi atau bergaul dengan orang lain.
c.      Adanya aturan
Dalam suatu masyarakat harus ada aturan yang mengatur cara mereka hidup bersama. Ada 2 aturan (tertulis dan tidak tertulis). Aturan tertulis; hukum, undang-undang, anggaran dasar dalam organisasi, sedangakan aturan tidak tertulis ; norma, adat istiadat, kebiasaan sopan santun dan lain-lain.
d.     Adanya struktur
Setiap individu/kelompok dalam bermasyarakat mempunyai status yang berbeda, ini menuntut peran dalam kehidupan bersama sesuai dengan statusnya adapun yang harus dilakukan ataupun yang dilarang untuk dilakukan.
2.    Pranata dan Struktur Sosial (hal. 7.23-7.30)
a.    Tebentuknya Lembaga Kemasyarakatan
Lembaga-lembaga kemasyarakatan terbentuk adanya suatu prosesyang disebut sebagai institusionalisasi atau kelembagaan nilai-nilai yang dibentuk untuk membantu hubungan antar manusia di dalam masyarakat.
Secara sosiologis kekuatan mengikat dari norma dibedakan:
·      Cara (usage)
·      Kebiasaan (folkways)
·      Tata Kelakuan (Mores)
·      Adat Istiadat (Custom)
b.    Ciri-ciri Lembaga Kemasyarakatan
·      Mempunyai tujuan tertentu
·      Memiliki alat perlengkapan untuk mencapai tujuan tersebut
·      Memiliki lambing-lambang tertentu dalam bentuk tulisan atau slogan
·      Memiliki tradisi (lisan/tertulis) yang diwujudkan dalam adat istiadat, norma, tata tertib, peraturan atau hukum.
Tipe-tipe Lembaga Masyarakat (menurut Gillin dan Gillin);
1)    Berdasarkan perkembangannya
a)    Grecive Intitutions; Lembaga yang paling primer, tumbuh secara tidak sengaja dalam masyarakat (hak milik, system perkawinan).
b)    Enacted Intitutions; Lembaga yang dibentuk dengan tujuan tertentu (lembaga perdagangan, pendidikan, perbankan, koperasi)
2)    Berdasarkan system nilai
a)     Basic Institutions: Lembaga yang didirikan untuk memelihara dan mempertahankan tata-tertib dalam masyarakat.
b)     Subsidiary Intitutions; Lembaga yang dianggap kurang penting (lembaga rekreasi, hiburan)
 3)    Berdasarkan penerimaan masyarakat
a)    Social Sanctioned Institutions; Lembaga yag diakui/diterima masyarakat (Lembaga keagamaan&pendidikan)
b)    Unsanctioned Institutions; Lembaga yag tidak diakui/diterima masyarakat (kelompok penjahat/pemeras)
4)    Berdasarkan penyebarannya
a)    General Institutions; Lembaga yang dikenal luas penyebarannya&berlaku dimana-mana (lembaga keagamaan; adama Islam, Kristen, Hindu, Budha)
b)    Restriced Intitutions; hanya dikenal oleh masyarakat khusus dan berlaku didaerah tertentu (kepercayaan yang dianut masyarakat terpencil)
5)    Berdasarkan fungsinya
a)    Operative Intitutions;lembaga yang menghimpun pola atau cara untuk mencapai tujuan (lembaga industrialisasi)
b)    Regulative Intitutions; lembaga yang bertujuan mengawasi adat istiadat atau tata kelakuan (lembaga kepolisian)
6)    Sruktur masyarakat Indonesia
Dapat disebut struktur social stratification; pembedaan penduduk atau masyarakat dalam kelas-kelas secara bertingkat/hirearkis (Pitirim A Sorokin).  Terdapat 3 macam kelas (berdasarkan ekonomi, praktis dan politis serta  jabatan).
Kehidupan social berlangsung dalam wadah masyarakat, ditandai dengan: adanya manusia yang hidup bersama, manusia tersebut bergaul dan bersama dalam waktu yang lama, adanya kesadaran bahwa mereka merupakan kesatuan dan akhirnya menjadi system kehidupan bersama (system social).
Terdapat 3 tipe stratifikasi social;
1)    Tipe pertama (type kasta); system lapisan kekuasaan dengan garis pemisah yang tegas dan kaku (lapisan raja/maharaja, bangsawan, pendeta, tentara, petani dan buruh tani).
2)    Tipe Kedua (type oligarkhis); masih mempunyai garis pemisah yang tegas akan tetapi dasar pembedaan kelas ditentukan oleh kebudayaan masyarakat tersebut.  Masih diberi esempatan untuk naik lapisan.
3)    Tipe Ketiga (tipe demokratis); Garis-garis pemisah sifatnya dapat bergerak bebas.  Kelahiran tidak menentukan seseorang.

C.   Kegiatan Belajar 3 Peran dan Status Individu dalam Kehidupan Bermasyarakat
Unsur - unsur  dalam  teori  sosiologi  tentang  system  stratifikasi  sosial, adalah kedudukan (status) dan peranan (role). Sistem  sosial adalah  pola-pola  yang mengatur  hubungan  timbal  balik  antar individu dengan masyarakat, dan tingkah laku individu-individu tersebut.
1.    KEDUDUKAN (STATUS) (hal 7.36-7.42)
Menurut Kamus Sosiologi status diartikan sebagai :
a.    Posisi dalam suatu hierarki;
b.    Suatu wadah bagi hak dan kewajiban;
c.    Aspek statis dari peranan;
d.    Prestise yang dikaitkan dengan suatu posisi;
e.    Jumlah peranan ideal dari seseorang
Status   dalam   arti  objektif  dilihat  sebagai   suatu   tatanan   (order )  hak   dan kewajiban secara hierarkis  dalam  struktur formal organisasi. Ditinjau dari  aspeknya status objektif agak stabil.
Status  dalam  arti  subjektif merupakan hasil dari penilaian orang  lain  terhadap seseorang  dengan  siapa  ia berkontak  atau  berhubungan. Ditinjau  dari  aspeknya status subjektif adalah dinamis.
Menurut  Talcott Parson, dari segi subjektif penilaian status berdasarkan pada  5 kriteria, yaitu;
a.      Kelahiran
b.      Mutu Pribadi
c.      Prestasi
d.      Pemilikan
e.      Otoritas ( otoriter )
F. Znaniecki  berpendapat  bahwa  situasi  dapat  ditinjau  dari  2 segi, yaitu  segi Subjektif dan segi Objektif..  Situasi    ditinjau   dari  segi   Subjektif   merupakan   penilaian    pribadi,   sesuai interpretasi dan konsep pribadi. Situasi  ditinjau dari  seg i Objektif  merupakan  penilaian oleh  masyaraka   yang ditentukan oleh kebudayaannya.

Pada umumnya masyarakat mengenal 3 macam kedudukan, yaitu;
a.    Ascribed-Status, yaitu kedudukan    seseorang    dalam   masyarakat   tanpa memperlihatkan    yang    sudah   didapat  sejak   lahir   atau   garis    keturunan.  Seperti kedudukan anak bangsawan.
b.    Achieved Status yaitu  kedudukan  yang  didapat  karena  berusaha  atau   kerja keras. Dengan kata lain kedudukan dapat  tercapai tergantung usaha kita  dalam memenuhi  syarat-syaratnya.  Sebagai  contoh,  seseorang  yang  ingin  menjadi guru   maka  harus  belajar  di  fakulta    keguruan  dan  melamar  di  lingkungan pendidikan.
c.    Assigned Status, yaitu kedudukan yang diberikan karena berjasa. Kedudukan ini biasanya   diberikan   oleh   suatu   kelompok   kepada   seseorang   yang   telah memperjuangkan     sesuatu   untuk   memenuhi    kebutuhan dan  kepentingan masyarakat. Contoh: pemberian  penghargaan  hadiah Piala Citra.
Dalam  kehidupan  sehari-hari untuk menentukan  kedudukan  seseorang  dapat dilihat  dari  ciri-ciri yang  dimiliki oleh  individu  yang  bersangkutan, dalam  sosiologi dinamakan   sebagai   Status-symbol. Dengan  kata  lain  Status-symbol  merupakan  ciri-ciri yang dipakai untuk menentukan kedudukan seseorang.
Ciri-ciri yang dipakai antara lain :
a.    Cara  berpakaian,  biasanya   cara  berpakaian  orang  dari  lapisan atas akan berbeda dengan cara berpakaian dengan orang dari lapisan bawah.
b.    Pergaulan,   terkadang   dalam   berteman   seseorang   memilih  t eman   dari kelompok yang sama atau yang mempunyai latar belakang yang sama. Misalnya, dari segi pendidikan atau profesi.
c.    Cara-cara  mengisi  waktu  senggang.  Sebagian  ada  yang  memilih  berlibur kepantai, berolah raga dan ada juga yang hanya mengobrol saja.
d.    Memilih  tempat tinggal. Mereka yang berasal dari lapisan atas  akan  memilih tempat tinggal bukan hanya dari fungsi rumah tersebut, tetapi juga berdasarkan dari segi kenyamanannya. Meskipun harus mengeluarkan uang yang  sangat  banyak. Berbeda  dengan  mereka  yang  berasal  dari  lapisan bawah,  bagi mereka  yang terpenting adalah rumah  merupakan   tempat berteduh dari panas dan hujan. Tanpa memperdulikan segi kesehatan rumah tersebut.
Dari  berbagai ciri diatas dapat dipakai untu mengamati pola kehidupan  dewasa ini, dimana  mereka  tidak lagi melihat  pada fungsi atau  kegunaannya, tetapi  sering kali  terjebak  pada  keinginan-keinginan  untuk  mendapatkan  atau  memiliki Status-simbol.  Sebagaimana  yang  dijelaskan  oleh  Soerjono  Soekanto, gejala  lain  yang mulai   tampak  dipakai   dalam    system penilaian masyarakat Indonesia  adalah dipakainya gelar kesarjanaan sebagai “status simbol”.
2.    PERANAN ( ROLE ) (hal 7.42-7.44)
Peranan  dan  kedudukan  adalah aspek yang  dinamis,  karena  jika  seseorang dapat memenuhi hak dan kewajiban dalam kedudukan maka dia sudah menjalankan suatu    peran.  Pentingnya   peran a dalah   peran  dapat   mengatur    perikelakuan seseorang dalam berinteraksi dengan masyarakat. Dalam  mempelajari  tentang  peran,  Schneider menjelaskan  adanya  3  spek tentang konsep peran. Antara lain :
a.    Peran menyalurkan tindakan manusia kearah tertentu.
b.    Ada  hubungan  antara  nilai-nilai  dan peran. Dengan  kata  lain  peran  adalah bagian dari kebudayaan suatu masyarakat.
c.    Pelaksanaan  peran  dipelajari dan  dalam  eberapa  hal  menjadi  bagian  dari kepribadian.
Sebagaimana  kita ketahui,  proses memainkan suatu peran dimulai sejak anak mulai dapat berinteraksi  terhadap  orang  lain  secara  sadar.  Pengambilan peran merupakan salah satu proses penting dalam pembentukan kepribadian dewasa.

3.    TUJUAN PERAN (hal 7.44-7.45)
Ada 4 kategori utama tujuan yang digeneralisasikan sebagian atau seluruhnya     disediakan    oleh   peran   yang   diharapkan  dimainkan   orang    dan  berfungsi  sebagai penarik orang kepada peran ini. Antara lain:
a.    Tujuan Instrumental, tujuan  yang  dimaksudkan  adalah  dengan  memainkan suatu peran adalah kesempatan untuk mencapai tujuan lain.
b.    Penghargaan,   tujuan  yang  digeneralisasi  adalah  timbulnya   atau   adanya kesempatan dihargai.
c.    Rasa  aman, tujuan  yang  digeneralisasi  adalah  dapat  member  rasa  aman secara ekonomi, social, psikologis.
d.    Respons,  tujuan yang  digeneralisasi   adalah  agar  mendapat  respons  atau agar diperhatikan oleh orang lain.
Secara  umum  dapat disimpulkan bahwa semakin banyak tujuan  bisa  dipenuhi oleh  peran, maka semakin bergairah orang  mencarinya  dan  semakin  keranjingan orang menjalankannya.

2 komentar:

bagaimana menurutmu?