Selasa, 26 Juni 2012

Fistula Preaurikular Kongenital

1340665229407566664
Gambar: Kelainan Fistula Preaurikular Kongenital,   
Sumber: embryology.med.unsw.edu.au


Ada tanda tanya besar yang selama ini menjadi pemikiran saya. Tidak seperti kebanyakan orang pada umumnya, karena di kedua telinga saya ternyata ada semacam muara fistel. Bentuknya bulat, seukuran ujung pensil. Muara fistel ini sering mengeluarkan sekret yang berasal dari kelenjar sebasea.

Selama ini, kelainan seperti itu, tidak menjadi masalah buat saya. Hanya baru-baru ini saja bermasalah ketika fistel ini mengalami infeksi, dan obstruksi, yang menyebabkan hari ini saya harus ke dokter di Rumah Sakit THT, Proklamasi, Jakarta. Kejadian infeksi fistel ini seolah kejadian rutin tahunan. Kalau tidak di kiri, di kanan, dan sebaliknya, begitu seterusnya sejak kecil.

Tidak semua orang memiliki lubang fistel ini. Persoalannya, apakah ini penyakit keturunan? Ataukah hanya kelainan biasa. Selama ini, dari tulisan-tulisan, saya dikenal sebagai penolak teori evolusi, tentu adanya kelainan ini menjadi tantangan untuk mencari tahu penyebabnya. Evolusionis pasti akan mengolok, apa fungsi dari lubang fistel tersebut? Apakah termasuk organ vestigial, sama halnya dengan usus buntu? Apa maksud Sang Perancang Cerdas menciptakan fistel itu?

Itulan pemikiran awal saya yang menjadi tanda tanya besar buat saya. Melalui tulisan ini saya akan sharing atas pengalaman saya dan juga hasil pengamatan saya melalui studi literatur.

Seingat saya, ketika kecil ada juga seorang teman yang juga menderita kelainan yang sama seperti itu. Kemudian ketika SMA pun ternyata ada juga satu orang teman seperti itu. Demikian juga ketika kuliah dan bekerja. Masing-masing ada yang saya kenal punya kelainan tersebut. Sebuah kajian yang menarik untuk didalami sebetulnya, apalagi obyek penelitiannya adalah saya sendiri.

Ada beberapa hal yang perlu dijawab dari masalah ini, yaitu:

  • Apa sebetulnya fungsi lubang fistel tersebut?

  • Kenapa ada orang yang memiliki, ada juga yang tidak, kenapa?

  • Kenapa harus ada lubang fistel, kalau kemudian membuat orang terjebak mengakibatkan terjadinya obstruksi dan infeksi?

Kasus di atas, hari ini, juga saya konsultasi dengan seorang dokter THT di RS. Proklamasi, Jakarta.

Kelainan penyakit ini ternyata sudah dikenal sejak lama dan diperkenalkan untuk pertama kali oleh Heusinger pada tahun 1864 1. Kelainan ini disebabkan oleh kegagalan dari penutupan hillocks of His (tonjolan) pada arkus branchialis pertama dan kedua yang akan membentuk daun telinga, pada tahapan embrionik. Kejadiannya adalah, pada waktu janin berusia 4 minggu, arkus branchialis ini ada dipermukaan janin, kemudian ketika usia janin 6 minggu arkus hioid dan arkus mandibular ini menyatu di bawah kedudukan kanalis aurikularis eskterna dan tertutup. Gangguan penutupan inilah yang menyebabkan fistula preaurikular kongenital 2.

Ini mengingatkan saya pada sebuah teori Rekapitulasi yang dikembangkan oleh seorang evolusionist, Ernst Haeckel pada akhir abad ke 19 yang menyatakan bahwa, ontogeni merekapitulasi filogeni. Menurut Haeckel bahwa branchialis ini adalah celah insang, yang menunjukkan bahwa pada mulanya manusia pernah mengalami tahapan evolusi berbentuk ikan. Dari apa yang saya dalami ini, nyata benar bahwa celah insang itu ternyata bukan celah insangnya pada ikan, karena perkembangan selanjutnya apa yang disebutnya sebagai insang itu adalah fase awal perkembangan telinga bagian tengah, kelenjar paratiroid dan kelenjar timus. Tentu saja teori ini sudah disingkirkan sejak tahun 1920-an 3, tetapi anehnya masih saja ditulis di buku-buku pelajaran Biologi, sebagai bukti kebenaran teori evolusi.

Keberadaan fistula inilah yang menyebabkan saya sering mengalami infeksi, karena menjadi media berkembangnya bakteri Staphyloccocus epidermidis, S. Aurens, S. Viridans, Peptoccocus species dan Proteus species.

Rupanya, kejadian ini banyak terjadi juga di beberapa negara lain di antaranya: Amerika Serikat, Taiwan, Skotlandia, Hungaria dan beberapa negara Asia dan Afrika. Hanya saja persentase kejadian di Asia dan Afrika cukup tinggi, diperkirakan 4-10%. Penelitian lebih lanjut mengenai kelainan ini, bahwa lokus untuk fistula preaurikular kongenita ini ada pada kromosom 8q11.1-q13.3 4 sebagaimana yang ditulis oleh Ainul Mardhiah5 dalam Majalah Kedokteran Nusantara, Vol 38.

Infeksi ini dapat mengakibatkan terjadinya rasa gatal atau keluarnya sekret. Padahal tanda ini adalah bentuk manipulasi karena perkembangan bakteri di dalam fistel. Jadi, untuk menghindari terjadinya infeksi ini adalah membersihkan muara dari sumbatan tersebut menggunakan alkohol atau cairan antiseptik lainnya secara rutin. Tetapi kalau sudah terjadi infeksi dapat dilakukan dengan mengkompresnya dengan air hangat. Pada tingkatan yang lebih parah, akan mengalami pembengkakan karena abses di depan telinga disertai demam. Ini yang terjadi pada saya, hari ini, sekaligus menanyakan kemungkinan dilakukan pembedahan di rumah sakit tersebut.

Pembedahan dapat dilakukan, tetapi ini sulit dilakukan, karena percabangan dan salurannya yang berkelok-kelok di subkutaneus. Cabang-cabang ini harus diangkat seluruhnya, jika ada yang tersisa maka akan butuh pengangkatan yang lebih sulit, dan berbahaya karena di dalamnya ada juga saluran cabang-cabang nervus fasialis yang tidak boleh terpotong. Dalam beberapa kasus, fistula ini ada yang pendek ada juga yang panjang. Untuk melihat panjang dan pendeknya, ada beberapa cara, yaitu:

  • Bisa diuji dengan larutan methyline blue ke dalam saluran. Jaringan yang berwarna inilah yang dijadikan petunjuk luas dan dalamnya jaringan. Penyuntikan ini pun tentu akan mengorbankan jaringan yang sehat. Dan tidak semua jaringan bisa dimasuki oleh pewarna ini. Sehingga petunjuk yang dihasilkan bisa keliru.

  • Menggunakan fistulografi, yaitu dengan memasukan zat kontras ke dalam muara fistel, kemudian di periksa dengan radiologik.

Selama ukurannya pendek, pembedahan bisa dilakukan. Tetapi dari kedua cara tersebut, hal terpenting adalah menentukan kelenjar parotis atau saraf fasialis. Seorang dokter harus tahu letak saraf ini. Jika salah, menurut dokter di RS Proklamasi itu, membuat wajah menjadi tidak simetris.

Jadi, apakah perlu dilakukan operasi? Tidak perlu! Risikonya terlalu besar untuk menghadapi persoalan yang sangat kecil. Apakah sang perancang cerdas salah? Produk gagal? Tidak! Justru di sini saya bisa melihat keagungan sebuah karya penciptaan yang luar biasa. Belajar mengerti, apa arti mengucap syukur.

sumber : kompasiana

0 komentar:

Posting Komentar

bagaimana menurutmu?