BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jika kita membicarakan tentang perkembangan peserta
didik, salah satu yang tidak boleh terlewatkan adalah perihal kreativitas dan
bagaimana menumbuhkembangkan kreativitas serta permasalahan yang dihadapi dalam
menumbuhkembangkan kreativitas. Kreativitas merupakan hal yang sangat penting
bagi manusia apalagi pada saat peserta didik atau seseorang sedang mengalami
perkembangan, pertumbuhan dan perkembangan kreativitas peserta didik sangat
penting untuk diperhatikan. Jika kreativitas peserta didik dapat optimal, maka
diharapkan akan memberikan pengaruh yang positif bagi kehidupannya dimasa yang
akan datang. Tetapi jika kreativitas peserta didik tidak berkembang atau bahkan
dibatasi, maka kemampuan yang dimilkinya tidak akan tersalurkan dengan baik dan
akan memberikan peran yang kurang optimal dalam kehidupanya di masa yang akan
datang.
Sedemikian pentingnya peran kreativitas untuk peserta
didik khususnya atau sesorang pada
umumnya, sangat dianggap perlu untuk bagaimana caranya agar kreativitas peserta
didik atau seseorang dapat ditumbuhkembangkan secara baik dan bisa optimal.
Untuk mencapai perkembangan yang baik dan optimal tentunya tidak mudah, karena
untuk mencapai hal itu, beberapa masalah sudah tentu akan muncul. Namun
demikian, para pendidik atau orang tua pada umumnya harus bisa mengatasi
masalah yang muncul itu mengingat penting dan pengaruh kreativitas pada
kehidupan peserta didik atau seseorang.
Dengan paparan tersebut, maka penulis
tertarik untuk membuat karya tulis yang berjudul :
“Menumbuhkembangkan Kreativitas dan
Permasalahannya”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis
dapat mengidentifikasikan beberapa rumusan masalah yang berkaitan dengan kreativitas
dan menumbuhkembangkannya yaitu :
1.
Apa yang dimaksud dengan kreativitas?
2.
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
kreativitas?
3.
Bagaimanakah proses dalam membentuk kreativitas?
4.
Apa yang dimaksud dengan menumbuhkembangkan
kreativitas?
5.
Apa alasan-alasan pentingnya menumbuhkembangkan
kreativitas pada peserta didik?
6.
Cara-cara apa saja yang dapat ditempuh
untuk menumbuhkembangkan kreativitas?
7.
Manfaat apa yang didapatkan dari kreativitas?
8.
Masalah-masalah apa saja yang dihadapi dalam
menumbuhkembangkan kreativitas?
9.
Bagaimanakah cara untuk mengatasi masalah dalam
menumbuhkembangkan kreativitas?
C. Tujuan Penulisan
Dari beberapa rumusan masalah yang diperoleh di atas,
maka penulis menetapkan tujuan penulisan untuk mengetahui hal-hal sebagai
berikut :
1.
Apa yang dimaksud dengan kreativitas?
2.
Apa yang dimaksud dengan menumbuhkembangkan
kreativitas?
3.
Apa alasan-alasan pentingnya menumbuhkembangkan
kreativitas pada peserta didik?
4.
Cara-cara apa saja yang dapat ditempuh
untuk menumbuhkembangkan kreativitas?
5.
Masalah-masalah apa saja yang dihadapi dalam
menumbuhkembangkan kreativitas?
6.
Bagaimanakah cara untuk mengatasi masalah dalam
menumbuhkembangkan kreativitas?
7.
Kasus-kasus tentang permasalahan kreativitas
yang dihadapi?
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Apakah kreativitas itu?
Dalam keseharian kita sering menggunakan istilah
Kreativitas, namun sebagian dari kita masih belum mengetahui apa pengertian
kreativitas itu sendiri. Di bawah ini merupakan beberapa pengertian
kreativitas.
Kreativitas adalah ilmu
atau cara untuk mengolah sebuah masalah untuk dijadikan sebuah peluang,
manfaat, penambahan ilmu pengetahuan, pengalaman, penambahan manfaat, dan
informasi yang berguna di kemudian hari.
Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), Kreativitas adalah
kemampuan untuk mencipta; daya cipta; perihal berkreasi; kekreativan.
Kreativitas adalah
kemampuan mengelola, memberdayakan, dan menggunakan apapun yang dimiliki
seperti informasi, pengalaman dan keterampilan lainnya untuk mencipatakan
peluang dan mengatasi kesulitan.
B. Apa yang dimaksud dengan
menumbuhkembangkan kreativitas?
Kreativitas adalah salah satu potensi alamiah
dalam diri anak yang harus dikembangkan secara optimal. Kreativitas itu sendiri
ditumbuhkan di otak kanan, yaitu bagian otak yang memiliki spesifikasi
berpikir, mengolah data seputar perasaan, tentang emosi, seni dan musik.
Semua anak yang lahir di dunia pasti mempunyai
sisi kreativitas, tapi dalam kadar yang berbeda. Tinggi rendahnya kreativitas
anak dipengaruhi oleh dua hal, yaitu faktor genetika (bawaan lahir) dan faktor
lingkungan. Kreativitas ini akan tumbuh secara optimal jika kedua faktor
tersebut dipadukan secara baik. Anda sebagai orang tua juga sangat berpengaruh
terhadap kreativitas anak.
Ciri-ciri anak kreatif :
1.
Berpikir Lancar, anak kreatif
mampu memberikan banyak jawaban terhadap suatu pertanyaan yang kita berikan.
Dalam jangka panjang, anak kreatif mampu memberikan banyak solusi atas masalah
yang dihadapinya.
2.
Fleksibel dalam Berpikir, anak kreatif mampu melihat suatu masalah dari
berbagai sudut pandang (fleksibel), sehingga ia mampu memberikan jawaban
variatif. Hal ini akan memudahkannya menjalani kehidupan dan menyesuaikan diri
dalam berbagai keadaan.
3.
Orisinil (Asli) dalam Berpikir, anak
kreatif mampu memberikan jawaban-jawaban yang jarang diberikan anak lain.
Jawaban-jawaban baru yang tidak lazim diungkapkan anak-anak atau kadang tak
terpikirkan orang lain, di luar perkiraan dan khas.
4.
Elaborasi, anak kreatif mampu
memberikan banyak gagasan dengan menggabungkan beberapa ide atas jawaban yang
dikemukakan, sehingga ia mampu untuk mengembangkan, memperkaya jawabannya
secara rinci dan detail hingga hal-hal kecil. Imaginatif, anak kreatif memiliki daya khayal atau imajinasi, yang
ia aplikasikan dalam kegiatannya sehari-hari.
5.
Senang menjajaki Lingkungannya,
anak kreatif senang dengan bermain. Bermain dan permainannya itu selain
menyenangkannya juga membuatnya banyak belajar.Banyak mengajukan Pertanyaan, anak kreatif sangat suka mengajukan
pertanyaan, baik secara spontan yang berkaitan dengan pengalaman barunya maupun
hasil ia berpikir.
6.
Mempunyai Rasa Ingin Tahu yang Kuat,
anak kreatif suka memperhatikan sesuatu yang dianggap menarik dan mendalaminya
sampai puas. Rasa ingin tahu anak kreatif sangat tinggi, sehingga ia tak akan
melewatkan kesempatan untuk bertanya.
7.
Suka melakukan Eksperimen,
anak kreatif suka melakukan percobaan dengan berbagai cara untuk memuaskan rasa
penasaran dan rasa ingin tahunya. Dan jika dia sudah merasa puas dengan hasil
eksperimennya, maka dia akan tertarik untuk melakukannya lagi.
8.
Suka menerima Rangsangan Baru,
anak kreatif sangat suka mendapatkan stimulus atau rangsangan baru, serta
terbuka terhadap pengalaman baru. Hal ini berkaitan dengan rasa ingin tahunya
dan kesukaannya bereksperimen.
9.
Berminat melakukan Banyak Hal,
anak kreatif memiliki minat yang besar terhadap banyak hal. Ia suka melakukan
hal-hal yang baru, berani mencoba hal baru dan tidak takut terhadap tantangan.
10. Tidak mudah Merasa
Bosan, anak kreatif tidak mudah bosan
melakukan sesuatu. Ia akan melakukannya sampai ia merasa benar-benar puas. Jika
sudah puas, maka ia akan melakukan sesuatu yang lain lagi.
C. Pentingnya kreativitas
Kreativitas merupakan faktor penting
yang mendukung seseorang untuk mencapai kesuksesan. Bila kita mengamati
orang-orang yang sukses, kita mendapati bahwa kesuksesan mereka bukan
semata-mata karena inteligensi mereka yang tinggi, namun lebih merupakan hasil
keberanian mereka untuk membuat lompatan yang tidak biasa. Mereka berani
membuat sesuatu yang baru, berpikir lain dari pada kebiasaan orang, atau dengan kata
lain, memanfaatkan kreativitas mereka untuk membuat sesuatu terobosan yang
unik.
Proses pendidikan sangat berpengaruh
terhadap perkembangan kreativitas seorang anak. Pendidikan yang dimaksud bukan
hanya pendidikan di sekolah, melainkan juga pendidikan di rumah oleh orang tua. Orang tua, sebagai pendidik pertama dan
utama bagi seorang anak, mempunyai kesempatan istimewa untuk membangkitkan
kreativitas anak, sebab dari figur orang tua lah seorang anak pertama kali
mengembangkan cara berpikir dan membentuk sikap belajarnya. Berikut
beberapa alasan pentingya kreativitas:
1.
Untuk menemukan gagasan, ide, peluang dan
inspirasi baru.
2.
Untuk merubah masalah, kesulitan, kegagalan,
untuk menjadi sesuatu yang berguna untuk melangkah di masa depan.
3.
Untuk menemukan solusi yang inovatif.
4.
Untuk menemukan hal yang belum pernah terjadi,
hingga memunculkan sesuatu yang baru.
5.
Untuk menmukan teknologi baru.
6.
Untuk merubah keterbatasan atau kelemahan
menjadi sebuah kekuatan atau keunggulan.
D. Cara menumbuhkembangkan kreativitas
Mengingat begitu pentingya kreativitas bagi kehidupan
seseorang, maka sangat dianggap perlu untuk membangkitkan kemampuan
kreativitasnya. Terdapat beberapa cara yang bisa ditempuh untuk membangkitkan
kemampuan kreativitas seseorang, diantaranya seperti yang tercantum di bawah
ini:
1.
Berimajinasi.
2.
Berpikir berbeda dari yang lain.
3.
Berpikir optimis bukan pesimis dalam menghadapi
persoalan yang belum terpecahkan.
4.
Selalu membuat konsep.
5.
Berfikir, melihat, memvisualisasikan dari segala
aspek.
6.
Berfikir lebih detail.
7.
Mengamati perubahan-perubahan yang terjadi.
8.
Berpikir bahwa segala sesuatu bisa lebih
disempurnakan lagi.
E. Masalah-masalah dalam menumbuh
kembangkan kreativitas dan cara mengatasinya
1. Masalah-masalah apa saja yang dihadapi
dalam menumbuhkembangkan kreativitas?
1.
Mencari jawaban soal hanya satu yang benar.
Yaitu
peserta didik dibiasakan untuk mencari satu jawaban yang dianggap benar, maka
ia akan tidak terlatih dengan kreatif karena ia harus mengikuti aturan baku dan
tradisi satu jawaban yang benar, selain dari itu salah.
2.
Harus berfikir logis
Berfikir
tidak boleh aneh-aneh atau berbeda dengan yang lainnya, harus sesuai dengan
nalar. Kalau tidak seperti itu maka akan dianggap tidak lazim.
3.
Harus taat pada aturan
Harus
taat pada aturan akan mengurangi kreativitas karena akan mengekang kemampuan
peserta didik dalam berkreativitas. Semua tindakan dan perilaku peserta didik
akan terpaku pada aturan yang berlaku.
4.
Tetap konstan pada aturan yang berlaku selama
ini
Tidak
ada peluang mengadakan kreasi karena selalu terikat pada hal rutin yang sudah
biasa dilakukan. Ini bahkan akan mematikan kreativitas karena hanya mengikuti
apa yang sudah menjadi kebiasaan tanpa mau melakukan cara atau sesuatu yang
berbeda dari apa yang sudaha ada sebalumnya.
5.
Terlalu menekankan pada spesialisasi
Ini
akan menyempitkan kreativitas, sebabnya adalah keahlian peserta didik hanya
difokuskan pada satu bidang saja. Manakala seorang peserta didik gagal pada
suatu bidang maka dia tidak bisa beralih ke bidang lainnya karena selama ini
dia hanya belajar satu dari beberapa bidang yang ada.
6.
Takut terlihat bodoh
Orang
tidak mau melakukan hal baru atau berpikir berbeda karena takut terlihat bodoh,
dan ini merupakan penghalang bagi kreativitas karena ia tidak berani
menampilkan apa yang ada dalam kreasinya.
7.
Takut salah dan takut gagal
Setiap
sesuatu yang baru, belum tentu berhasil atau bahkan gagal sama sekali, itu lah
mengapa peserta didik atau orang tidak mau mengekspresikan kreativitasnya.
Tetapi jika sesuatu yang baru itu berhasil, maka akan memberikan kepusan
tersendir bagi pelaku kreativitas itu.
8.
Terpaku pada stigma “saya tidak kreatif”
Stigma
ini akan sangat ampuh untuk mematikan kreativitas peserta didik, karena sebelum
kreativitas itu dikeluarkan, di sudah terlebih dahulu dimatikan dengan stigma
tersebut.
2. Bagaimanakah cara untuk
mengatasi masalah dalam menumbuhkembangkan kreativitas?
1.
Mencari jawaban soal hanya satu yang benar.
Seseorang
harus bisa diarahkan untuk bisa mencari berbagai alternatif dalam memecahkan
sebuah persoalan. Ini akan bermanfaat manakala jawaban yang dia anggap benar
ternyata tidak sesuai dan tidak bisa memecahkan persoalan yang dihadapinya.
2.
Harus berfikir logis
Setiap
orang harus mempunyai pemikiran diluar kelogisannya, karena itu akan menjadi
salah satu kreativitas serta tidak menutup kemungkinan ketidaklogisannya akan
menjadi kelogisan.
3.
Harus taat pada aturan
Aturan
memang dibuat untuk menciptakan suatu kondisi yang baik, tapi jika harus selalu
taat pada aturan maka hal ini kurang baik. Sesorang harus diberi kesempatan
untuk bertindak diluar aturan selama itu masih dalam koridor yang tidak
menyalahi karena itu akan memberi ruang bagi daya kreativitasnya.
4.
Tetap konstan pada aturan yang berlaku selama
ini
Solusi
untuk permasalah ini adalah harus selalu meng up-date peraturan-peraturan tersebut dengan peraturan-peraturan
yang baru supaya kreativitas-kreativitas baru pun bisa bermunculan.
5.
Terlalu menekankan pada spesialisasi
Setiap
orang harus punya keahlian umum disamping keahlian khusus yang dimilikinya,
alasanya adalah dia akan lebih tersalurkan daya kreativitasnya dari pada jika
ia hanya mempunyai satu keahlian saja.
6.
Takut terlihat bodoh
Untuk
masalah ini, solusi yang bisa diambil adalah memupuk rasa percaya diri yang
dimilikinya dengan memberikan motivasi dan dorongan untuk melakukan sesuai
dengan apa yang ada dalam kreativitasnya.
7.
Takut salah dan takut gagal
Kita
harus memberikan apa makna kesalahan dan kegagalan yang sebenarnya, bahwa salah
dan gagal adalah sesuatu yang tidak buruk bahkan bisa menjadi loncatan untuk
sesuatu yang lebih baik dari apa yang akan kita dapatkan.
8.
Terpaku pada stigma “saya tidak kreatif”
Stigma
ini harus dihilangkan karena akan mematikan daya kreativitas baik secara
perlahan maupun sekaligus karena ini stigma yang tidak baik yang tertanam dalam
diri seseorang. Setiap peserta didik harus dimotivasi dan diyakinkan orang harus yakin bahwa dia
BAB III
STUDI KASUS
A. Kreativitas Seorang Anak dalam Berimajinasi
dan Menggambar
Ada seorang anak yang mempunyai tingkat kreativitas tinggi dan
berimajinasi yang ia salurkan lewat menggambar, anak tersebut mempunyai hasrat
yang tinggi dalam menggambar sehingga apa saja yang dihadapi dan menurut dia
itu bisa digambar maka ia akan menggambarnya. Dia tidak tahu bahwa pakaian itu
menjadi kotor karena kreativitasnya, dia tidak mengerti jika tembok akan
menjadi tidak enak dilihat karena coretan-coretan tidak terarahnya, dia tidak
paham jika ada waktu untuk belajar disamping waktu yang ia gunakan untuk
menggambar dan berimajinasi.
Jika kondisi ini berlanjut dalam jangka waktu yang cukup lama dan tanpa
kontrol yang baik dari orang terdekat terutama orang tua, maka akan memberikan
dampak yang buruk bagi peserta didik khususnya atau anak pada umunya serta
lingkungan sekitar anak tersebut. Dampak yang mungkin timbul diantaranya
adalah, pertama, daya kreatif peserta didik kurang terarahkan dengan baik
sehingga dapat menghambat potensi-potensinya yang lain. Kedua, dia lebih
cenderung hanya memilih kesenangannya dari pada kegiatan belajar yang
seharusnya mendapat porsi yang lebih besar. Ketiga, bagi lingkungan sekitar,
lingkungan sekitar akan merasa terganggu dengan keberadan anak dengan kondisi
seperti ini karena tidak menutup kemungkinan akan melakukan hal-hal yang diluar
batas kewajaran. Skema perkembangan anak-anak dalam menggambar :
1. 2-3 Tahun [Membuat coret-coretan dengan tanpa arti, sebagai sensasi jejak
jemari]
Pada masa ini, anak-anak sebenarnya sedang asyik-asyiknya menikmati kemampuan tangannya dalam membuat suatu garis, kemampuan tangannya meninggalkan jejak, tanpa ada arti khusus.
Pada masa ini, anak-anak sebenarnya sedang asyik-asyiknya menikmati kemampuan tangannya dalam membuat suatu garis, kemampuan tangannya meninggalkan jejak, tanpa ada arti khusus.
2. 3-4 Tahun [coret-coretan mulai ada
arti, sebagai ruang angkasa dengan aneka waktu/ruang]. Garis yang mereka buat
sudah menunjukkan sedikit gambaran, atau sesuatu yang ada di alam nyata. Namun,
posisi gambar masih berantakan, hanya seperti lingkaran-lingkaran benda angkasa
tak beraturan.
3. 4-5 Tahun [Mementingkan bagian
tertentu objek, masih menggambar ruang angkasa, aneka ruang dengan ditambah
dinamika, aneka tampak dan tampak khas]. Pada masa ini seorang anak biasanya
menyukai bagian tertentu objek, dan menggambarkannya berulang kali tanpa
mempedulikan bagian lain dari objek.
4. 5-6 Tahun [Anak-anak mulai membuat skema,
konsep atas bawah, mulai bisa menyusun cerita gambar]. Kemampuan anak makin
berkembang dengan menambahkan “story telling” pada coretan yang mereka buat.
Kadang gambar yang dibuat tidaklah seperti apa yang mereka katakan (misalkan,
mereka berkata, ada ayam sedang mengejar ular, tapi yang mereka gambar hanya
satu lingkaran besar berantakan dengan garis panjang keriting, biarpun masih
abstrak, tapi mereka tahu, dan mengingat bentuk itu. Apabila suatu saat mereka
kembali ditanyakan mengenai gambar tersebut, mereka masih akan menjawab ayam
yang mengejar ular).
5. 6-7 Tahun [Perkembangan lanjut dari
proses perkembangan sebelumnya dengan integrasi indera-indera, dan juga
penambahan perkembangan konsep waktu dan juga ruang]. Di tahun ini, ada proses
integrasi indra lain, yaitu penglihatan, perasa, kadang pendengaran, atau
pembau. Mereka mulai menyatukan input dari indera-indera itu, sehingga gambar
yang dihasilkan lebih kompleks, dengan adanya urutan waktu cerita, keadaan
cuaca saat itu, atau penggambaran keadaan yang lain.
6. 7-8 Tahun [Menggambar dengan
mengutamakan bagian objek yang dipentingkan, objek yang tidak dimaksudkan
biasanya tidak dipedulikan, atau tidak digambar dengan sempurna]. Hampir sama
dengan tahun-tahun awal, namun pada 7-8 tahun, anak-anak sudah lebih mampu
menangkap bentuk dari objek itu sendiri. Ketika mereka bercerita tentang tangan
yang terluka, maka yang digambarkan oleh mereka adalah tangan yang digambar
detail dengan bagian tubuh lain yang digambarkan seadanya, dengan [mungkin]
tambahan ekspresi wajah.
7. 8-9 Tahun [Menggambar dengan banyak
waktu dan ruang]. Tingkatannya lebih kompleks dari tahun sebelumnya, dengan
kemampuan menggambar yang mulai lebih konkret, masih dengan cerita ruang dan
waktu yang begitu banyak, dan kadang terjadi over-lapping.
8. 9-10 Tahun [Mata mulai berperan,
sehingga mereka berusaha menggambar lebih rinci]. Anak-anak sudah mulai
terfokus pada satu indera yaitu mata. Mata mulai mengambil peranan penting
dalam pembuatan gambar mereka.
9. 10-11 Tahun [Gambar selain hasil
imajinasi, juga sudah mampu memasukkan cerita fakta, atau sebagai catatan
peristiwa penting bagi mereka]. Umur 10-11 tahun adalah umur di mana anak-anak
sudah mulai mengembangkan kombinasi antara kemampuan imajinasi mereka dengan
kisah nyata yang mereka alami, dengan bentuk gambar yang mulai mendetail.
10. 11-13 Tahun [Masa krisis, saat terjadi
perang antara indera mata yang telah jadi dengan indera-indera lainnnya]. Umur
11-13 tahun adalah masa krisis, di mana anak-anak sering bingung antara
mengikuti imajinasi, atau pun mengikuti apa yang dia lihat, juga dengan adanya
indera-indera lain. Mereka menjadi menganggap bahwa mereka “tidak bisa
menggambar” atau “bisa menggambar”, dengan parameter, yang bisa menggambar
adalah yang bisa membuat gambar sesuai dengan apa yang dilihat.
11. 13 Tahun ke atas [Bila pembina gagal
mengintegrasikan indera-indera di masa krisis ini, dan cenderung mementingkan
mata, yang terjadi adalah, pertama,
yang berbakat akan menjadi naturalis-persepektif-momen opname. Kedua,
yang tidak berbakat akan menjadi pesimis dalam menggambar, bahkan sama
sekali tidak berani menggambar.
12. 13 Tahun ke atas [Bila pembina
berhasil mengintegrasikan indera-indera hingga apayang dilihat seorang anak
merupakan hasil kerjasama terpadu indera, yang terjadi adalah, pertama, yang berbakat akan menjadi
senirupawan baik dalam sistem ruang-waktu-datar atau dalam sistem naturalis. Kedua, tidak berbakat akan lebih optimis
ketika diminta untuk menggambar.
Untuk mengatasi masalah-masalah yang tercantum dalam paragraf kedua, ada
beberapa hal yang bisa dilakukan. Pertama,
memberikan wadah untuk menyalurkan kreativitas dan bakat yang dimiliki anak
tersebut. Misalnya dengan memberikan ruang yang cukup untuk menyalurkan
kreativitas dan bakatnya, mengikutkan dalam berbagai lomba, sehingga anak
tersebut bisa mengetahui bahwa kreativitas yang dimilikinya dapat memberikan
pengaruh yang baik bagi kehidupannya jika ditempatkan dan mendapatkan porsi
yang tepat. Kedua, memberikan arahan
bahwa tugas belajarnya jangan sampai ditinggalkan. Kita selaku pendidik dan
orang tua wajib mengingatkan dengan cara yang tepat dan sehalus mungkin jika ia
tidak boleh mengesampingkan kegiatan belajar apalagi melupakannya, karena
belajar merupakan hal yang tidak boleh ditinggalkan. Ketiga, pendidik atau orang tua harus lebih bisa mengawasi dan
memberikan perhatiannya kepada anak model ini, karena kemampuan kreativitasnya
lebih dari pada yang lain. Ini dimaksudkan supaya anak model ini tetap bisa
dikontrol dan dikendalikan, tidak membuat sesuatu yang diluar batas kewajaran.
B. Kreativitas dalam Korupsi
Dewasa ini, kasus kasus korupsi sudah sangat banyak terjadi, baik dari
kalangan bawah sampai pada tingkat atas. Dan sungguh sangat memperihatinkan. Banyak
sekali jenis korupsi yang bisa kita jadikan sebagai contoh, tetapi pada kasus
ini yang akan dibahas adalah kasus korupsi yang menggunakan atau menggelapkan
uang negara untuk kepentingan pribadi. Jika diperhatikan lebih detail, para
pelaku korupsi itu adalah orang-orang yang pintar dan kreatif dalam lingkungan
kerjanya, dia bisa membaca peluang untuk bisa korupsi bahkan dia sudah
merencanakan langkah-langkah hukum jika suatu saat kejahatan korupsinya
diketahui dan terungkap. Misalnya saja dengan memberikan suap pada penegak
hukum. Itu mereka anggap bisa menjadi jalan keluar dalam menyelesaikan masalah
hukum korupsi yang menyangkutnya.
Beberapa sebab yang dapat menimbulkan kasus korupsi adalah diantaranya
adanya peluang untuk melakukan korupsi, pengawasan yang lemah, dilakukan secara
“berjamaah”, lemahnya penegakan hukum, ringanya hukuman yang diterima, dan yang
tidak kalah dalam memberikan kontribusinya memunculkan kasus korupsi adalah
kemampuan kreativitas yang tidak digunakan dengan baik atau tidak pada
tempatnya.
Kreativitas pada kasus korupsi terlihat pada kemampuan melihat celah
kemudian menjadikan celah itu peluang untuk melakukan korupsi. Selain itu,
kreativitas juga digunakan untuk bagaimana menutupi korupsi yang dilakukan agar
tidak diketauhi oleh orang lain. Berikutnya adalah membuat suatu langkah,
rencana, strategi jika pada kemudian hari, kejahatan korupsinya terungkap. Ini
sangat berbahaya jika kreativitas digunakan untuk hal-hal yang merugikan.
Lima fakta jika koruptor itu kreatif :
1. Suka Sakit, Kita tentu masih ingat kasus Nazarudin, tersangka korupsi wisma
atlet. Atau kasus Nunun soal cek pelawat Gubernur BI. Mereka adalah orang yang
lebih memilih sakit dikala kebanyakan orang lebih suka sehat. Sehat itu mahal,
dan sehat itu nikmat yang luar biasa dan paling utama bagi kebanyakan orang.
Tapi tidak buat koruptor. Orang-orang yang tersangkut kasus hukum, terutama
korupsi pasti lebih suka sakit daripada sehat. Artinya mereka itu kreatif.
Kebanyakan orang ingin sehat tetapi mereka memilih sakit.
2. Banyak Akal, Kreativitas selalu identik dengan
akal atau ide. Satu cara gagal dicoba cara baru. Hal ini juga yang dimiliki
oleh seorang koruptor. Di negaranya dikejar-kejar akhirnya lari ke luar negeri.
Menggunakan segala metode bagaimana caranya supaya tidak tertangkap. Biasanya
mereka pilih-pilih negara mana yang mau dijadikan tempat singgahnya. Mereka
pasti memilih negara yang tidak punya perjanjian ekstradisi, kalau bisa. Jadi
supaya tidak bisa dilacak dan ditarik ke Indonesia. Ini juga berlaku untuk
tabungannya. Biasanya juga mereka punya tabungan di bank luar negeri. Alasannya
sama, supaya tidak bisa dilacak.
3. Nyeleneh, Selanjutnya adalah soal nyeleneh.
Orang kreatif itu pasti nyeleneh. Demikian juga orang yang korupsi. Mereka itu
hobi bepergian ke luar negeri. Pastinya mereka harus buat paspor atau visa kan
jika ingin ke luar negeri. Nah, disinilah letak kreativitas mereka. Jika yang
lain buat paspor atau visanya menggunakan foto dan nama asli,
mereka yang korup itu pasti nyeleneh. Bikin paspor atau visanya menggunakan nama dan foto palsu. Gayus dulu
pernah pake nama Sony Laksono dan foto menggunakan kacamata. Satu lagi, Jika
yang lain ingin diketahui identitasnya, mereka memilih merahasiakan.
4. Berani, Apa artinya kreativitas tanpa
keberanian? Orang kreatif juga harus berani, terutama mencoba hal-hal baru.
Inilah juga yang dimiliki oleh koruptor. Mereka berani, terutama dalam soal
uang. Koruptor siap berani membayar mahal asal bisa lolos dari tuduhan. Bayar
jaksa penuntut, bayar pengacara handal, bayar petugas Imigrasi, sampai bayar
petugas rutan. Mereka berani merogoh kocek dalam-dalam asalkan aman dan nyaman.
Berani mencoba hal-hal baru dan trik-trik yang dapat memuluskan akal kotorya
sendiri. Inilah keberanian yang ditunjukkan oleh seorang koruptor.
5. Solidaritas Tinggi, Barangkali inilah yang sering luput
dari pandangan orang-orang tentang kreativitas. Orang kreatif tentu juga punya
solidaritas tinggi. Orang kreatif sadar jika hasil kreativitasnya juga atas
dasar kontribusi orang lain. Soal ini koruptor juga punya. Pasti kita pernah
mendengar istilah korupsi pasti berjamaah. Kalau sendiri dan uangnya dimakan
sendiri nanti yang lain pasti ribut karena tidak kebagian. Si koruptor pasti
akan mengajak teman-temannya untuk merasakan hasil jerih payah korupsinya.
Tapi, ini tergantung dari jenjang hierarki. Inilah bukti tingginya solidaritas
koruptor. Sampai jika dia tertangkap ia juga tidak mau sendiri dipenjara
sendiri. Mereka pasti membeberkan aib korupsinya supaya teman-temanya ikut
dtangkap dan dipenjarakan.
Untuk mencegah dan memberantas hal tersebut, ada beberapa pendekatan atau
upaya yang bisa ditempuh, diantaranya adalah:
1.
Orang yang punya kreativitas tinggi harus
diberikan pengarahan yang baik dan pengawasan yang lebih, apalagi jika posisi
yang di dudukinya sangat strategis.
2.
Melakukan beberapa pendekatan seperti pendekatan
agama dan pendekatan personal dan psikologi. Ini diharapkan daya kreativitasnya
dapat serta terarahkan dengan baik, sesuai dengan jalurnya.
3.
Melakukan usaha-usaha preventif, misalnya membuat
seminar-seminar tentang bahaya korupsi, dampak jangka panjang yang dapat
timbul, diberi hukuman yang cukup berat dan sebagainya.
4.
Penegakan hukum yang sebenarnya, artinya hukum
tidak diperjualbelikan dengan cara suap yang saat ini marak dilakukanoleh para
orang yang tersangkut kasus, terutama korupsi.
C. Kreativitas pada Anak yang Membandel
Ada seorang anak yang sedikit susah untuk diatur dan dia tidak suka
beberapa mata pelajaran yang dianggapnya mata pelajaran itu susah baginya. Mata
pelajaran-pelajaran itu diantaranya Matematika dan Bahasa Inggris. Setiap tes
harian atau ujian semester, anak tersebut mendapatkan nilai dibawah rata-rata
atau bahkan cukup jauh di bawah rata-rata. Suatu ketika, orang tua anak
tersebut mengetahui bahwa anaknya
mendapatkan nilai yang memprihatinkan untuk
mata pelajaran Bahasa Inggris dan Matematika. Orang tua anak itu
mengerti dan paham mengapa itu bisa terjadi, dia tahu betul penyebabnya adalah
bahwa kemampuan anaknya di dua mata pelajaran tersebut kurang. Untuk mengatasi
hal tersebut, orang tua ini berinisiatif untuk memberikan pelajaran tambahan
agar masalah bisa teratasi. Kemudian ia memberitahukan rencana tersebut kepada
anaknya. Setelah anak tersebut tahu bahwa dirinya akan mendapatkan pelajaran tambahan
diluar sekolah untuk dua mata pelajaran Bahasa Inggris dan Matematika yang
memang dari awal dia tidak suka, anak tersebut kesal dengan rencana orang
tuannya.
Meskipun anak tersebut punya semangat yang kurang dalam belajar, tetapi
dia mempunyai kreativitas yang cukup baik terutama dalam bermain musik.
Kemudian dia berpikir bagaimana caranya supaya dia tidak mengikuti pelajaran
tambahan tersebut. Akhirnya, ia tetap berangkat dari rumah tetapi tidak ke
tempat belajar, melainkan ketempat rental musik yang biasa digunakan tempat
berkumpul dengan teman-temannya. Dia merasa senang karena kekesalannya untuk
mengikuti pelajaran tambahan Bahasa Inggris dan matematika menjadi kesempatan
untuk berkumpul dengan teman-temannya dan bermaim musik yang, menjadi kegemarannya.
Dari cerita diatas dapat diambil kesimpulan, sesorang yang mempunyai
kreativitas bisa merubah masalah menurutnya menjadi peluang sesuai dengan
kehendaknya. Berdampak negatif apabila ini terjadi pada situasi yang salah.
Cara yang bisa ditempuh untuk mengatasi masalah ini di antaranya adalah:
1.
Oang tua harus menggunakan cara yang tepat dan
sehalus mungkin untuk berkomunikasi dengan anak. Agar anak mengerti mengapa
orang tuanya bertindak seperti itu.
2.
Memberikan pengawasan dan pengarahan yang baik
yang dapat mengontrol perilaku anak baik di dalam maupun di luar rumah.
3.
Kepada orang tua disarankan agar anaknya diberi
kesempatan untuk bertindak diluar aturan selama itu masih dalam koridor yang
tidak menyalahi karena itu akan memberi ruang bagi daya kreativitasnya. Ini
akan berdampak positif karena anak akan merasa dihargai dan diberi ruang oleh
orang tuanya untuk bertindak seperti apa yang diinginkan oleh dirinya sendiri.
4.
Orang tua jangan terlalu mengekang anak model
ini, karen tidak menutup kemungkinan jika dia semakin dikekang, maka akan
semaikn tidak terkendali.
D. Kreativitas pada Teroris (Bom buku)
Buku-buku dapat dibuat sedemikian hidup
sehingga saling berdialog, maka di tangan teroris Indonesia buku juga bisa
dibuat lebih hidup lagi yaitu dengan diisi bom. Sangat kreatif pelaku bom modus
baru di Indonesia. Ini benar-benar terorisme dengan modus dan genre baru.
Coba saksikan fenomena ini: di samping
ada paket bom buku yang meledak sungguhan, ada juga paket bom bohong-bohongan
yang ternyata isinya sandal, sepatu, kertas, dan susu. Saya rasa, mereka memang
sengaja memancing masyarakat untuk berspekulasi sekaligus memprovokasinya untuk
saling menuding satu sama lain.
Ketika targetnya Ulil Abshar Abdalla,
seorang cendekiawan NU, orang cenderung berspekulasi bahwa pelakunya pastilah
dari kelompok Islam garis keras, apa pun definisinya. Pasalnya, Ulil adalah
perintis dan mantan Koordinator Jaringan Islam Liberal yang sangat
kontroversial. Karier Ulil dalam satu tahun ini memang hebat dan spektakuler.
Bayangkan, pada musim dingin tiga tahun lalu, ketika berkesempatan menghadiri
konferensi tentang responsibility to protect di Markas Besar PBB, New York.
Walhasil, pelaku teror bom modus baru
ini memang seperti sengaja mengecoh dan mengejek pemerintah. Betapa tidak, bom
buku dan bom-bom lainnya yang seakan main-main itu ternyata juga dikirim ke
sasaran yang cenderung semakin meluas. Bahkan kini sampai ke Sumatera Selatan.
Sepertinya pelaku teror ini bukan hanya untuk meneror, melainkan juga untuk
mendestabilisasi dan mendelegitimasi pemerintahan Negara. Apalagi, aksi teror
ini dilakukan pada saat ketidakpuasan sosial semakin meluas. Modus dan genre
baru terorisme yang unik dan inkonvensional ini sungguh sangat berbahaya.
Sangatlah beresiko jika tidak segera terungkap dalam tempo yang
sesingkat-singkatnya.
Adapun
cara-cara untuk mengatasi kejahatan terosis adalah diantaranya :
1. Warga
masyarakat supaya lebih berhati-hati dan lebih waspada dalam menjalankan
aktivitas sehari-hari karena modus terorisme semakin kreatif dan tidak bisa
diprediksi.
2. Negara melalui
lembaga yang berwenang harus lebih meningkatkan sistem keamanan dalam menjaga
segenap masyarakat indonesia.
3. Seluruh
lapisan masyarakat dengan pemerintah harus meningkatkan kerja sama dalam
menjaga keamanan bersama dari gangguan teroris yang semakin meresahkan.
4. Melakukan
sosialisasi-sosialisasi melalui lembaga terkait seperti departemen agama
(pendidikan pesantren) tentang upaya-upaya yang bisa dilakukan dalam
menanggulangu dan mencegah tindak kejahatan terorisme. Ini karena teroris
muncul dari kalangan islam garis keras yang tidak puas kondisi saat ini.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1.
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Kreativitas
adalah kemampuan untuk mencipta; daya cipta; perihal berkreasi; kekreativan.
2.
Menumbuhkembangkan kreativitas adalah
usaha-usaha yang ditempuh untuk menumbuhkembangkan kreativitas dengan tujuan
mengoptimalkan daya kemampuan kreativitas, sehingga daya kreativitas dapat
digunakan seoptimal dan sebaik mungkin.
3.
Alasan pentingnya menumbuhkembangkan kreativitas
pada peserta didik adalah karena kreativitas mempunyai peranan yang sangat
vital, karena berguna sebagai salah satu kekuatan untuk manusia dalam
menjalankan kehidupanya.
4.
Cara yang bisa ditempuh untuk menumbuhkembangkan
kreativitas seseorang:
1)
Berimajinasi.
2)
Berpikir berbeda dari yang lain.
3)
Berpikir optimis bukan pesimis dalam menghadapi
persoalan yang belum terpecahkan.
4)
Selalu membuat konsep.
5)
Berfikir, melihat, memvisualisasikan dari segala
aspek.
6)
Berfikir lebih detail.
7)
Mengamati perubahan-perubahan yang terjadi.
8)
Berpikir bahwa segala sesuatu bisa lebih
disempurnakan lagi.
5.
Masalah-masalah yang dihadapi dalam
menumbuhkembangkan kreativitas:
1)
Mencari jawaban soal hanya satu yang benar.
2)
Harus berfikir logis
3)
Harus taat pada aturan
4)
Tetap konstan pada aturan yang berlaku selama
ini
5)
Terlalu menekankan pada spesialisasi
6)
Takut terlihat bodoh
7)
Takut salah dan takut gagal
8)
Terpaku pada stigma “saya tidak kreatif”
6.
Cara mengatasi masalah dalam menumbuhkembangkan
kreativitas yaitu harus disesuaikan dengan masalah yang timbul (Kreativitas Seorang Anak dalam Berimajinasi
dan Menggambar, Kreativitas dalam Korupsi, Kreativitas pada Anak yang
Membandel, Kreativitas pada Teroris (Bom buku),
barulah kemudian menentukan pilihan cara apa yang tepat yang akan diambil untuk
mengatasi masalah dalam menumbuhkembangkan kreativitas.
B. SARAN
1.
Untuk para orang tua, diharapkan mampu menilai
dan menganalisa daya kreativitas yang dimiliki anak-anaknya, jika
kreativitasnya rendah maka harus ditingkatkan dan jika sudah cukup atau lebih
maka harus dimanfaatkan dan diarahkan seoptimal mungkin.
2.
Untuk para pengajar, agar lebih mampu menggali
potensi-potensi kreativitas peserta didik agar dapat berkembang dengan baik dan
mampu memberikan kontribusi positif bagi pekembangan peserta didik itu sendiri.
3.
Untuk para masyarakat umumnya, supaya lebih
menyadari bahwa kreativitas merupakan modal sesorang dalam menjalankan
kehidupan, tetapi jika tidak ditempatkan dengan baik, maka kreativitas itu akan
memberikan pengaruh yang tidak baik, baik bagi orang itu sendiri maupun bagi
orang lain dan lingkungan sekitarnya.
0 komentar:
Posting Komentar
bagaimana menurutmu?